BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia dilahirkan tidak langsung dewasa dan
dalam keadaan tidak berdaya, perlu mendapatkan uluran tangan orang lain untuk
melangsukan kehidupannya. Anak sebagai manusia yang belum dewasa memiliki
potensi bawaan yang terkandung dalam dirinya yang perlu dikembangkan. Untuk
menuju kehidupan yang dewasa, manusia perlu dipersiapkan, terlebih pada
masyarakat modern saat ini. Pendidikan sangat berperan dalam menentukan
perkembangan dan perwujudan diri individu manusia. Karena pendidikan adalah
aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan
membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta dan
budi nurani) dan jasmani (panca indera serta keterampilan-keterampilan).[1]
Sedangkan lembaga pendidikan dalam era
multikultural sekarang ini, tentu memiliki peserta didik dari berbagai kalangan
dengan bakat dan minat yang berbeda satu sama lain. Keadaan ini secara tidak
langsung telah mendorong lembaga pendidikan memiliki respon yang baik terhadap
peserta didik yang ada. Lembaga pendidikan dituntut mampu mengadopsi seluruh
kebutuhan siswa dengan latar belakang bakat dan minat yang berbeda. Untuk
menjawab tantangan tersebut, lembaga pendidikan semestinya memiliki kebijakan yang
berpihak kepada peserta didik, terutama dalam mengembangkan bakat yang mereka
bawa dan minat yang perlu dikemas. Upaya tersebut, salah satunya dapat diterapkan dalam
proses pembelajaran sebagai media utama pengembangan bakat dan minat.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang
diangkat kali ini adalah:
1. Apakah yang dimaksud dengan bakat
dan minat?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengarui perkembangan
bakat dan minat?
3. Apa saja jenis-jenis bakat dan minat?
4. Bagaimana cara mengenali bakat dan minat?
5. Bagaimana implimentasi bakat dan
minat dalam pendidikan Islam?
Foto : tugassekolah.com
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bakat dan Minat
1. Pengertian Bakat
Bakat menurut Kamus Istilah Bimbingan dan
penyuluhan merupakan kondisi suatu kualitas yang dimiliki oleh individu, yang
memungkinkan individu tersebut untuk berkembang pada
masa yang akan datang.[2] Menurut Ngalim Purwanto bakat lebih dekat pengertiannya
dengan kata Aptitude yang berarti kecakapan pembawaan, yaitu yang
mengenai kesanggupan-kesanggupan (potensi-potensi) yang tertentu.[3]
William B. Michael memberikan
definisi mengenai bakat sebagai berikut ”An aptitude may be define
as a person’s capacity, or hypothetical potential, for acquisition of a certain
more or less weeldefined pattern of behavior involved in the performance of a
task respect to which the individual has had little or no previous training.” Menurut definisi tersebut, Michael meninjau bakat itu terutama dari kemampuan individu untuk
melakukan tugas, yang sedikit sekali tergantung kepada latihan mengenai hal
tersebut.[4]
Guilford menyatakan bahwa aptitude pertains to abilities to
perform. there are actually as many abilities as there are actions to be performed,
hence traits of this kind are very numerous.” Pada intinya, Guilford pun menyatakan bahwa bakat itu berkaitan dengan
kemampuan.[5]
Woodworth dan Marquis mendefinisikan bahwa: “aptitude is predictable achievement
and can be measured by specially devised test”. Bakat (aptitude) oleh Woodworth dan Marquis dimasukkan
dalam kemampuan (ability). Menurutnya
ability mempunyai tiga arti, yaitu:
a) Achievement yang
merupakan actual ability, yang dapat diukur langsung dengan alat atau
tes tertentu.
b) Capacity yang
merupakan potential ability, yang dapat diukur secara tidak langsung
dengan melalui pengukuran terhadap kecakapan individu, di mana kecakapan ini
berkembang dengan perpaduan antara dasar dengan training yang intensif dan
pengalaman.
c) Aptitude, yaitu kualitas
yang hanya dapat diungkap/diukur dengan tes khusus yang sengaja dibuat untuk
itu.[6]
Dari pendapat tersebut maka dapat
dijelaskan bahwa bakat adalah suatu potensi pada diri seseorang yang dengan
suatu latihan atau keterampilan tertentu memungkinkannya mencapai suatu
kecakapan, pengetahuan dan keahlian atau keterampilan khusus, seperti bakat
berhitung, bakat berbahasa dan lainnya.
2. Pengertian Minat
Secara bahasa minat berarti
kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu.[7]
Dikemukakan oleh Hilgard yang dikutip oleh Slameto menyatakan “Interest is
persisting tendency to pay attention to end enjoy some activity and content.”
Minat adalah kecendurungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang
beberapa kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang
disertai dengan rasa senang.[8]
Menurut Crow minat atau interest
berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita cenderung atau merasa
tertarik pada orang, benda, atau kegiatan.[9]
Sardiman A. M. berpendapat bahwa minat merupakan suatu kondisi yang terjadi
apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang
dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri.[10]
Sedangkan Menurut Slameto minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa
keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.[11]
Dari beberapa pendapat yang
dikemukakan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa minat adalah kecendurungan
hati seseorang yang terarah kepada suatu obyek tertentu yang dinyatakan dalam
berbagai tindakan karena adanya suatu perhatian, perasaan senang, tertarik pada
obyek tersebut.
B.
Faktor-faktor yang Mempengarui Perkembangan Bakat dan Minat
1. Faktor-faktor yang Mempengarui Perkembangan
Bakat
Perkembangan Bakat dipengaruhi dua faktor yaitu:
a. Faktor internal
Faktor internal bakat yaitu:
1) Minat, minat merupakan motif asli yang muncul dari dalam
diri individu itu sendiri.
2) Motif Berprestasi, anak-anak yang mumpunyai keinginan
yang kuat menjadi seseorang yang berprestasi maka dengan dorongan dan latihan
maka anak tersebut dapat mengoptimalkan bakat yang dia miliki. Sebaliknya
meskipun anak tersebut mendapat dukungan dan latihan tanpa ada motif
berprestasi maka pengembangan bakat yang ia miliki tidak akan maksimal.
3) Keberanian mengambil resiko, resiko adalah hal yang biasa
dalam menjalankan suatau hal. Resiko bentuknya bermacam-macam. Contoh kita
punya bakat dalam hal bela diri tapi kita takut mengambil resiko seperti patah
tangan, bibir sobek kena pukul, dan sebagainya maka tidak akan pernah mungkin
kita bisa jadi pesilat atau petarung yang baik.
4) Keuletan menghadapi tantangan, Ulet artinya pantang
menyerah dan tidak takut gagal. Seseorang yang bisa menganggap bahawa kegagalan
itu adalah hal yang biasa maka ia akan punya jiewa yang kuat untuk menghadapi
segala masalah yang akan muncul.
5) Pengaruh unsur genetik, khususnya yang berkaitan dengan
fungsi otak bila dominan otak sebelah kiri, bakatnya sangat berhubungan dengan
masalah verbal, intelektual, teratur, dan logis dan bila dominan dengan otak
kanan berhubungan dengan masalah spasial, non verbal, estetik, artistik serta
atletis.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal bakat yaitu:
1) Latihan: Bakat adalah sesuatu yang sudah dimiliki secara
alamiah, yang mutlak memerlukan latihan untuk membangkitkan dan
mengembangkannya.
2) Kesempatan maksimal untuk mengembangkan diri. Salah satu
hal yang menyebabkan itu terjadi karena tidak ada kesempatan atau tidak pernah
mereka diberi kesempatan untuk mencoba.
3) Sarana dan Prasarana
4) Dukungan dan dorongan dari keluarga.
5) Lingkungan tempat tinggal
6) Pola asuh orang tua
2. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Minat
Minat
pada hakekatnya merupakan sebab akibat dari pengalaman. “Minat berkembang
sebagai hasil dari pada suatu kegiatan dan akan menjadi sebab akan dipakai lagi
dalam kegiatan yang sama”.[12]
Menurut
Crow ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat, Faktor-faktor tersebut adalah
sebagai berikut:
1) The
Factor Inner Urge: Rangsangan yang datang dari lingkungan atau ruang
lingkup yang sesuai dengan keinginan atau kebutuhan seseorang akan mudah
menimbulkan minat. Misalnya kecenderungan terhadap belajar, dalam hal ini
seseorang mempunyai hasrat ingin tahu terhadap ilmu pengetahuan.
2) The
Factor Of Social Motive: Minat seseorang terhadap obyek atau sesuatu hal.
Disamping itu juga dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri manusia dan oleh
motif sosial, missal seseorang berminat pada prestasi tinggi agar dapat status
social yang tinggi pula.
3) Emosional
Factor:
Faktor perasaan dan emosi ini mempunyai pengaruh terhadap obyek misalnya
perjalanan sukses yang dipakai individu dalam suatu kegiatan tertentu dapat
pula membangkitkan perasaan senang dan dapat menambah semangat atau kuatnya
minat dalam kegiatan tersebut. Sebaliknya kegagalan yang dialami akan
menyebabkan minat seseorang berkembang.[13]
Faktor
yang mempengaruhi tumbuh kembangnya minat adalah sebagai berikut:[14]
1) Motivasi dan cita-cita
Adanya
cita-cita dan dukungan oleh motivasi yang kuat dalam diri seseorang maka akan
dapat membesarkan minat orang itu terhadap suatu objeknya. Sebaliknya apabila
cita-cita dan motivasi tidak ada maka minat sulit ditumbuhkan.
2) Sikap terhadap suatu objek
Sikap
senang terhadap objek dapat membesarkan minat seseorang terhadap objek
tersebut. Sebaliknya jika sikap tidak senang akan memperkecil minat seseorang.
3) Keluarga
Keadaan
keluarga terutama keadaan sosial ekonomi dan pendidikan keluarga dapat
mempengaruhi minat seseorang terhadap objek tersebut.
4) Fasilitas
Tersedianya
fasilitas yang mendukung akan menjadikan minat seseorang terhadap suatu objek
lebih besar.
5) Teman pergaulan
Teman
pergaulan yang mendukung misalnya diajak kompromi terhadap suatu hal yang
menarik perhatiannnya maka teman tersebut dapat lebih meningkatkan minatnya,
tetapi teman yang tidak mendukung mungkin akan menurunkan minat seseorang.
Sedangkan
menurut Abu Ahmadi ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi minat yaitu sebagai
berikut:
1) Pembawaan.
2) Kebutuhan.
3) Kewajiban.
4) Suasana jiwa.
5) Keadaan batin
6) Suasana di sekitar.
7) Kuat tidaknya perangsang.[15]
C. Jenis-jenis Bakat dan Minat
1. Jenis-Jenis Bakat
Bakat adalah kemampuan dasar seseorang untuk belajar
dalam tempo yang relatif pendek dibandingkan orang lain. Menurut Yoesoef
Noesyirwan berdasarkan fungsi atau aspek jiwa raga yang terlihat dalam berbagai
macam prestasi, bakat dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
a. Bakat yang lebih berdasarkan psikofisik
Bakat jenis ini adalah kemampuan yang berakar pada jasmaniah
sebagai dasar dan fundamen bakat, sepertI kemampuan pengindraan, ketangkasan,
kemampuan motorik, kekuatan badan dan anggota badan lainnya.
b. Bakat kejiwaan yang bersifat umum
Bakat jenis ini ialah kemampuan ingatan daya khayal atau
imajinasi dan intelegensi.
c. Bakat-bakat kejiwaan yang khas dan majemuk
Bakat ini berhubungan erat dengan watak, seperti
kemampuan untuk mengadakan kontrak sosial, kemampuan mengasihi, kemampuan
perasaan atau menghayati perasaan orang lain.[16]
2. Jenis-jenis Minat
Menurut Milton
minat dibagi menjadi dua yaitu:
a) Minat subyektif: Perasaan yang menyatakan bahwa pengalaman-pengalaman
tertentu yang bersifat menyenangkan.
b) Minat obyektif: Reaksi yang merangsang kegiatan-kegiatan
dalam lingkungannya.[17]
Minat dilihat
dari segi timbulnya terdiri dari dua macam yaitu:
a) Minat spontan: minat yang timbul dengan sendirinya secara
langsung.
b) Minat yang disengaja: minat yang dimiliki karena dibangkitkan
atau ditimbulkan.[18]
Sedangkan secara umum menurut Buchori minat
dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:
a) Minat Primitif: Minat primitif
disebut minat yang bersifat biologis, seperti kebutuhan makan, minum, bebas
bergaul dan sebagainya. Jadi pada jenis minat ini meliputi kesadaran tentang
kebutuhan yang langsung dapat memuaskan dorongan untuk mempertahankan
organisme.
b) Minat Kultural: Minat kultural
atau dapat disebut juga minat sosial yang berasal atau diperoleh dari proses
belajar. Jadi minat kultural disini lebih tinggi nilainya dari pada minat
primitive. Suatu minat tidak dibawa sejak lahir
melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap sesuatu tidak muncul sejak lahir
melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap sesuatu dipelajari dan
mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat baru. Jadi
minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar
selanjutnya walaupun minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan hal yang hakiki
untuk dapat mempelajari hal tersebut.[19]
D. Cara
Mengenali Bakat dan Minat
1. Cara mengenali Bakat
Menurut sejarahnya usaha pengenalan bakat itu
mula-mula terjadi pada bidang kerja tetapi kemudian juga dalam bidang
pendidikan. Bahkan dewasa ini dalam bidang pendidikan, usaha yang paling banyak
dilakukan. Pemberian nama terhadap berjenis-jenis bakat biasanya dilakukan
berdasar atas demi lapangan apa bakat tersebut berfungsi. Misalnya: bakat
matematika, bakat bahasa, dan sebagainya. Dengan demikian, macamnya bakat akan sangat
tergantung pada konteks kebudayaan di mana seseorang individu hidup. Mungkin
pula dalam bidang kerja. Sebenarnya setiap bidang studi/bidang kerja dibutuhkan
berfungsinya lebih dari satu faktor bakat saja. Bermacam-macam faktor mungkin
diperlukan berfungsinya untuk suatu lapangan studi atau lapangan kerja
tertentu. Suatu contoh misalnya bakat untuk belajar di Fakultas Tehnik akan
memerlukan berfungsinya faktor-faktor mengenai bilangan, ruang, berfikir
abstrak, bahasa, mekanik dan mungkin masih banyak lagi.
Oleh karena itu ada kecenderungan di antara
para ahli sekarang untuk mendasarkan pengukuran bakat itu pada pendapat, bahwa
pada setiap individu sebenarnya terdapat semua faktor-faktor yang diperlukan
untuk berbagai macam lapangan, hanya dengan kombinasi, konstilasi dan
intensitas yang berbeda-beda. Karena itu biasanya yang dilakukan dalam
diagnosis tentang bakat adalah membuat urutan (rangking) mengenai berbagai
bakat pada setiap individu. Prosedur yang biasanya ditempuh adalah:
a. Melakukan
analisis jabatan (job analysis) atau analisi lapangan studi untuk
menemukan faktor apa saja yang diperlukan supaya orang dapat berhasil dalam
lapangan dan sebagainya.
b. Dari hasil
analisis tersebut dibuat pecandraan jabatan (job description) atau
pecandraan lapangan studi.
c. Dari pecandraan
jabatan atau pecandraan lapangan studi diketahui persyaratan apa yang harus
dipenuhi supaya individu dapat lebih berhasil dalam lapangan tertentu.
d. Dari
persyaratan itu sebagai landasan disusun alat pengungkapnya yang biasanya
berwujud tes.
Dengan
jalan pikiran seperti yang digambrkan di atas itulah pada umumnya tes bakat itu
disusun. Sampai sekarang boleh dikata belum ada tes bakat yang cukup luas
daerah pemaiknya (seperti misalnya tes intelegensi); berbagai tes bakat yang
telah ada seperti misalnya FACT (Flanagan Aptitude Clasification Test) yang
disusun oleh Flanagan, DAT. (Differential Aptitude Test) yang disusun oleh
Bennet, M-Test (Mathematical and Technical Test) yang disusun oleh Luningprak
masih sangat terbatas daerah berlakunya. Hal ini disebabkan karena tes bakat
sangat terikat kepada konteks kebudayaan di mana tes itu disusun,sedangkan
macam-macamnya bakat juga terikat kepada konteks kebudayaan di mana klasifikasi
bakat itu dibuat.[20]
Anak
berbakat, perkembangan motoriknya lebih cepat dibanding anak biasa. Baik dalam
berbicara, berjalan, maupun membaca. Misalnya, umur 9 bulan sudah bisa jalan
(normalnya, usia 12,5 bulan). Selain itu, ia juga cepat dalam memegang sesuatu
dan membedakan bentuk serta warna. Untuk kemampuan membaca, kadang anak
berbakat memperolehnya dari belajar sendiri. Yaitu dari mengamati dan
menghubung-hubungkan. Misalnya dari memperhatikan lalu-lintas, tv, atau buku.
Anak
berbakat juga senang bereksplorasi atau menjajaki. "Jadi, kalau ia
mempreteli barang-barang, bukan karena dia nakal tapi karena rasa ingin
tahunya,". Tentang rasa ingin tahu yang tinggi ini, memang pada umumnya
dimiliki anak kecil. Hanya, pada anak berbakat cara mengamatinya lebih kental
dibanding anak-anak biasa. Hal lain yang menjadi karakteristik anak berbakat
ialah bicaranya bisa sangat serius. Pertanyaannya sering menggelitik dan tak terduga.
Kadang ia tak puas dengan jawaban yang diberikan, sehingga terus berusaha
mencari jawaban-jawaban lain. Untuk memahami siswa berbakat, dapat
diidentifikasi dari karakteristik yang sering muncul dalam bnetuk perilaku
sebagai berikut:[21]
a.
Karakteristik
belajar
1)
Belajar
lebih cepat dan lebih mudah
2)
Menyukai
tugas dan tantangan yang kompleks
3)
Mengetahu
banyak hal dimana anak lainya tidak mengetahuinya
4)
Memiliki
kosa kata yang sangat maju, dan kemampuan berbahasa sangat baik
5)
Sudah
dapat membaca pada usia yang sangat awal
6)
Terampil
dalam memcahkan masalah
7)
Sering
mengajukan pertanyaan yang kritis dan tidak teerduga
8)
Menunukkan
rasa ingin tahu yang tinggi terhadap banyak hal
b.
Karakteristik
Motivasi
1)
Persisten
dalam menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi minatnya
2)
Senang
mengerjakan tugas secara independen, hanya sedikit memerlukan pengarahan
3)
Komitmen
kuat pada tugas yang dipilihnya
c.
Karaktersitik
Kreativitas
1)
Sensitif
terhadap estetika
2)
Suka
bereksperimen, sering menemukan cara baru dalam mengerjakan tugas
3)
Spontan
dalam mengekresikan rasa humor
4)
Banyak
ide ketika menghadapi tantangan/problem
d.
Karakteristik
Sosial-emosional:
1)
Memiliki
rasa percaya diri yang kuat
2)
Lebih
menyukai teman yang lebih tua usianya dan memiliki kesamaan minat
3)
Cenderung
perpfeksionis
4)
Mudah
menyesuiakan diri pada situasi baru
2. Cara Mengenali Minat
a.
Minat yang
diekspresikan ( Expresed interest )
Seseorang
dapat mengungkapkan minat atau pilihanya dengan kata tertentu. Misalnya:
seseorang mengatakan bahwa ia/dia tertarik pada mata pelajaran Akuntansi.
b.
Minat yang
diwujudkan ( Manifest interest )
Seseorang
dapat mengekspresikan minat bukan melalui kata-kata tetapi melalui
tindakan atau perbuatan, ikut serta berperan aktif dalam suatu aktivitas
tertentu. Misalnya: seseorang dapat ikut serta dalam suatu organisai
koperasi.
c. Minat yang diinventarisasikan ( Inventoried interest )
Seseorang
menilai minatnya dapat diukur dengan menjawab terhadap sejumlah pertanyaan
tertentu atau urutan pilihanya untuk kelompok aktivitas tertentu. Jika seorang
menaruh minat terhadap sesuatu, minatnya tersebut menjadi motif yang kuat
baginya untuk berhubungan secara lebih aktif dengan sesuatu yang diminatinya.
Seseorang dikatakan
berminat terhadap sesuatu bila individu itu memiliki beberapa unsur antara
lain:[23]
a. Perhatian
Seseorang
dikatakan berminat apabila individu disertai adanya perhatian, yaitu
kreatifitas jiwa yang tinggi yang semata-mata tertuju pada suatu objek. Jadi
seseorang yang berminat terhadap sesuatu obyek yang pasti perhatiannya akan
memusat terhadap sesuatu obyek tersebut. Dalam hal ini perhatian ditujukan pada
obyek ekstrakurikuler Akuntansi.
b. Kesenangan
Perasaan
senang terhadap sesuatu obyek baik orang atau benda akan menimbulkan minat pada
diri seseorang, orang merasa tertarik kemudian pada gilirannya timbul keinginan
yang dikehendaki agar obyek tersebut menjadi miliknya. Dengan demikian maka
individu yang bersangkutan berusaha untuk mempertahankan obyek tersebut.
c. Kemauan
Kemauan yang
dimaksud adalah dorongan yang terarah pada tujuan yang dikehendaki oleh akal
pikiran. Dorongan ini akan melahirkan timbulnya suatu perhatian terhadap suatu
obyek. Sehingga dengan demikian akan memunculkan minat individu yang
bersangkutan.
Selain itu,
menurut Hurlock minat terbagi menjadi 3 aspek yaitu:
a. Aspek Kognitif
Berdasarkan
atas pengalaman pribadi dan apa yang pernah dipelajari baik di rumah, sekolah
dan masyarakat serta dan berbagai jenis media massa.
b. Aspek Afektif
Konsep yang
membangun aspek kognitif, minat dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan yang
ditimbulkan minat. Berkembang dari pengalaman pribadi dari sikap orang yang
penting yaitu orang tua, guru dan teman sebaya terhadap kegiatan yang berkaitan
dengan minat tersebut dan dari sikap yang dinyatakan atau tersirat dalam
berbagai bentuk media massa terhadap kegiatan itu.
c. Aspek Psikomotor
Berjalan
dengan lancar tanpa perlu pemikiran lagi, urutannya tepat. Namun kemajuan tetap
memungkinkan sehingga keluwesan dan keunggulan meningkat meskipun ini semua
berjalan lambat.[24]
E. Aplikasi
Bakat Dan Minat Anak Dalam Pendidikan Islam
Pada
setiap orang ada kecendrungan atau dorongan untuk mewujudkan dirinya, dorongan
untuk berkembang dan menjadi matang, dorongan untuk mengaktifkan semua potensinya.
Potensi ini akan terlihat apabila individu dapat membentuk hubungan-hubungan
baru dengan lingkungannya dalam upaya untuk menjadi dirinya.Oleh karena itu,
agar potensi individu dapat terwujud dan dapat teraktualisasikan dengan baik,
diperlukan lingkungan yang dapat memberinya kebebasan dan rasa aman dalam
perkembangannya. Lingkungan itu mencakup iklim dan geografis, tempat tinggal,
adat istiadat, pendidikan dan alam. Dengan kata lain segala sesuatu yang tampak
dan terdapat di alam kehidupan yang senantiasa berkembang.[25]
Aplikasi
bakat dan minat anak dalam pendidikan Islam mencakup tiga aspek, yaitu:
1.
Pengembangan
bakat dan minat anak dalam keluarga
Fitrah anak
harus terjaga dari ketergelinciran dan penyimpangan. Islam memandang
keluarga bertanggung jawab atas fitrah anak. Segala penyimpangan yang
menimpa fitrah tersebut menurutt pandangan Islam berpangkal dari kedua orang
tua atau oendidik yang mewakilinya. Pendapat itu didasarkan pada
pandangan bahwa anak dilahirkan dalam keadaan suci lahir bathin dan sehat
fitrahnya. Mengenai makna ini, Rasulullah saw bersabda dalam riwayat Abu
Hurairah ra:
“Tidak ada seoranng anak pun, kecuali
dilahirkan menurut fitrah, maka kedua orang tuanya lah yang menjadikannya
beragama yahudi, nasrani atau majusi; sebagaimana binatang ternak dilahirkan,
adakah kamu dapati yang telah dipotong (dilobangi) hidungnya sehingga kamu
tidak perlu lagi memotongnya?” (HR
Bukhari).
Keluarga
adalah lingkungan sekolah yang pertama dan terpenting bagi anak, tempat dimana
anak akan belajar mungkin 95 % (persen). Hal-hal yang akan dibawa selama
hidupnya, termasuk harga diri, kematangan emosional, tanggung jawab dan
keahlian praktis banyak anak juga
belajar membaca dan menulis dirumah.[26]
Keluarga juga merupakan unit terkecil masyarakat. Pembina masyarakat pertama
dan paling utama adalah lingkungan keluarga.[27]
Sebagaimana dalam firman Allah surat At-Tahrim ayat 6:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا
أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًاوَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا
مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدَادٌ لايَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا
يُؤْمَرُونَ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari apineraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganyamalaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang
tidak mendurhakai Allah terhadapapa ang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintah- kan. (QS. At Tahrim 66:6)
Dari
ayat tersebut, orang dewasa yaitu orang yang dalam hal ini memiliki tanggung
jawab untuk menjaga dirinya dan keluarganya termasuk di dalamnya yakni anak,
agar terhindar dari siksa api neraka.
Peran
orang tua dalam memperkaya anak dengan bermacam-macam pengalaman dan
memperdalam pengalamamannya, hal ini sangat penting. Olah karena itu makin
banyak dan makin bervariasi hal-hal baru yang dilihat dan didengar anak, anak
makin tertarik untuk mencoba bermacam-macam hal. Makin besar variasi rangsang lingkungan yang dipecahkan
atau ditanggulangi makin besar kemampuannya untuk mengulangi berbagai masalah.[28] Hal
ini sangat membantu dalam membangun motivasi belajar anak. Sebagai contoh anak
dikenalkan dengan berbagai macam keterampilan atau tugas seperti membaca,
menulis, keterampilan tangan, olah raga, melukis, berbagai macam permainan dan
lain sebagainnya.
Dengan
demikian bakat dan minat anak akan terdorong jika mereka menerima perlakuan
yang wajar dan terhormat dari lingkungannya, terlebih orang tua. Anak yang
sering mendapat pujian secara spontan dari orang tua cenderung lebih cerdas dan
kreatif. Tetapi anak yang sering mendapat cemoohan dari lingkungan dan terlebih
lagi orang tua anak akan cenderung gagal dalam mengembangkan bakat dan
minatnya.[29]
Oleh
karena itu bakat dan minat merupakan interaksi antara sifat yang diturunkan dan
proses belajar yang terjadi sepanjang hidup. Dalam hal ini peranan ibu sangat
penting bagi anak, ibu memiliki peran paling besar karena ibu dapat mengenal
anak secara individual, sebagai guru secara klasikal, lebih mengetahui cara
untuk memotivasi dan saat-saat anak menyukai sesuatu. Ibu juga tahu seberapa
besar daya juang anak terhadap rintangan-rintangan yang dihadapi anak.[30]
Dalam
hal ini lingkungan rumah merupakan sarana atau media yang paling murah yang
dapat digunakan orang tua untuk membantu anak dalam mengembangkan bakat dan
minatnya. Rumah merupakan sarana yang cukup efektif karena anak langsung
mendapatkan perhatian penuh dari orang tua dan anggota keluarga lainnya. Fungsi
rumah dalam mendukung pengembangan bakat dan minat anak tersebut diantaranya:
a.
Menganggap
rumah sebagai pusat pembelajaran
Karena
anak melakukan sebagian besar pembelajaran yang sesungguhnya di rumah bukan
sekolah, dimana di dalam rumah dianggap sebagai kelas-kelas tersendiri,
pembelajaran alami dapat terjadi secara teratur. Ruang makan sebagai tempat
diskusi, ruang keluarga sebagai pusat permainan dan aktivitas keluarga, kamar
tidur sebagai tempat bermain dan belajar, dan halaman sebagai tempat rekreasi.[31]
b.
Tidak
memaksa anak untuk belajar
Berada
dibawah tekanan yang luar biasa akan menyebabakan anak takut menghadapi
kegagalan, mentargetkan diri untuk memenuhi harapan orang lain yang tidak masuk
akal, sehingga anak menyimpan gejala-gejala stress. Pentingnya interaksi awal
dalam mempengaruhi kesempatan anak untuk sukses dalam hidup. Orang tua yang
memberikan pengawasan ketat dan pemaksaan terhadap apa yang dilakukan anak
disamping menyebabkan gejala-gejala stress pada anak, anak juga akan kehilangan
salah satu yang diperlukan untuk mengembangkan minatnya, karena anak hanya
sedikit diperkenalkan dengan sesuatu hal yang baru sehingga sedikit memberi
peluang baginya untuk berkreasi.
c.
Membagi
pekerjaan orang tua dengan anak-anak
Pekerjaan
orang tua bisa menjadi inspirasi bagi anak, hanya jika orang tua berkenan
membagi keterlibatan dengan cara yang nyata dan jelas. Mengajak anak ke tempat
kerja dan membiarkan mereka melihat apa yang orang tuanya kerjakan guna
membiayai keluarga. Menemukan sesuatu yang bisa dikerjakannya pada saat mereka
di sana, hal itu akan memberikan keterlibatan yang berarti bagi anak.[32]
d.
Teratur
untuk belajar
Keluarga
merupakan tempat bagi perkembangan anak untuk selalu teratur belajar dengan
tekun. Hal ini bisa kita pahami ketika seorang anak yang setiap malam (biasanya
setelah shloat isya) belajar dengan di bimbing orang tuanya untuk menyiapkan
pelajaran yang akan dilaksanakan esok paginya. Hal ini jika dilakukan secara
teratur maka anak akan belajar disiplin dan bisa sebagai sarana untuk
mengembangkan bakat dan minatnya.
Dari
uraian diatas, dapat kita lihat bahwa keluarga merupakan sekolah pertama bagi
anak.[33]
Lingkungan dimana anaka dapat mendapatkan pendidikan dan pengalaman hidup
langsung dari pendidik yaitu orang tuanya. Lingkungan rumah dan keterlibatan
secara aktif orang tua dan anggota keluarga lain dalam membersamai setiap
aktivitas memiliki peranan yang sangat penting bagi tumbuh kembang anak. Selain
itu cara ini merupakan cara yang efektif dan efisien bagi proses perkembngan
potensi anak.
2.
Pengembangan
bakat dan minat anak disekolah
Dalam
pengembangan bakat dan minat anak disekolah banyak hal yang sangat mempengaruhi
diantaranya faktor pendidik, strategi mengajar, kurikulum, pengaturan kelas dan
sebagainnya. Bakat dan minat yang sudah digali dan ditumbuhkembangkan
dilingkungan keluarga dan pendidikan prasekolah, hendaknya orang tua
mengkomunikasikan dengan lingkungan sekolah agar tidak terjadi keterputusan
dalam pengembangannya atau bahkan mati. Oleh Karena itu, lingkungan sekolah
dasar memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan bakat dan minat
anak selanjutnya.
Dalam
pendidikan Islam, sekolah memiliki fungsi utama yaitu sebagai media realisasi
pendidikan berdasarkan tujuan, akidah, dan syariat demi terwujudnya penghambaan
diri kepada Allah serta sikap mengesakan Allah dan mengembangkan segala bakat
atau potensi manusia lainnya sesuai dengan fitrah sehingga manusia terhindar
dari berbagai penyimpangan.[34]
Peranan
sekolah dalam mengembangkan bakat dan minat harus sesuai dengan potensi
(fitrah) anak, karena setiap anak memiliki eksistensi tersendiri. Dalam hal ini
pendidikan islam mamandang setiap anak memiliki sebuah eksistensi tersendiri.
Anak yang mempunyai hak, perbedaan individu dengan lainnya dan mempunyai
kemerdekaan sebagai konsekuensi dari haknya.Sengan demikian setiap anak
memiliki hak dan kemerdekaan untuk mengaktualisasikan seluruh potensinya.
Menurut
Nursito, bakat akan muncul apabila seseorang banyak melakukan aktivitas, dengan
aktivitas anak yang banyak mendorong anak semakin kreatif untuk mencoba
aktivitas yang lainnya. Jadi, minat merupakan bagian dari usaha seseorang dan
tidak berdiri sendiri. Pada awalnya mingkin anak dalam melukan aktivitas dan
belajar hanya sekedar patuh dan mengikuti perintah guru tetapi jika dilakukan
degan sungguh-sungguh secara langsung dapat mendorong bagi anak dalam mengembangkan
bakat anak yang terpendam, dengan syarat seorang guru perlu memperhatikan
banyak hal diantaranya yaitu:
a.
Menciptakan
suasana yang menyenangkan bagi anak didik ketika mereka melakukan kegiatan agar
diikuti dengan kepatuhan.
b.
Menimbulkan
kekaguman anak didik kepada sang guru. Anak didik haus dibuat menjadi fans
dengan guru.[35]
Peranan guru
sebagai idola anak dalam pengembangan bakat dan minat sangat penting. Pendidik
dalam hal ini guru, dapat menjadi idola bagi anak dapat melakukan upaya-upaya,
diantaranya:
1)
Aktif
membaca
2)
Giat
melakukan telaah
3)
Gemar
berapresiasi
4)
Mencintai
seni
5)
Respektif
terhadap perkembangan
6)
Menghasilkan
sejumlah karya
7)
Dapat
memberikan contoh dari hal-hal yang dituntut siswa.[36]
Selain
itu karena pada usia sekolah dasar ini anak cenderung melihat pada teladan dari
pada peraturan, lebih melihat hal yang pendidik lakukan dari pada apa yang
dikatakan.[37]
Guru yang kreatif akan mendorong anak untuk kreatif, guru yang memiliki banyak
karya akan mendorong anak untuk menciptakan berbagai karya seperti apa yang
dilakukan guru dan sebagainya. Oleh karena itu seorang guru hendaknya
menunjukkan bakat dan daya kreasinya sehingga mendorong anak tertarik untuk mencontohnya.
Dalam
mengembangkan bakat dan minat siswa hendaknya guru dan semua bentuk mata
pelajaran bertujuan mengembangkan kemampuan kreatif siswa sehingga anak akan
bergerak kea rah aktualisasi diri (self actualization) disemua aspek kehidupan
dan kesehatan mental lebih besar.[38]
Adanya integrasi antara mata pelajaran di sekolah dengan kehidupan sehari-hari
anak didik.
Dalam
kegiatan mengajar sehari-hari dapat digunakan sejumlah strategi khusus yang
dapat meningkatkan minat, yang meliputi:
a.
Penilaian
Sistem penilaian membuat evaluasi lebih bersifat memberi informasi
dari pada mengawasi.Siswa melihat komentar guru, ini bukan merupakan sebuah
hadiah atau hukuman untuk mengawasinya, tetapi sebagai informasi yang berguna
bagi pembelajaran dikelas.Dengan demikian, motivasi intrinsic dan minat siswa
tidak menurun tetapi meningkat.Sehingga dari penjelasan ini dapat diambil
kesimpulan bahwa penilaian dapat meningkatkan minat bagi anak didik.
b.
Hadiah
Anak ketika diberi hadiah akan melakukan segala sesuatu untuk
memperolehnya, dan itu masalahnya. Cukup banyak penelitian yang menunjukkan
bahwa jika perhatian anak terpusat untuk mendapatkan hadiah sebagai alas an
untuk melakukan sesuatu, maka motivasi intrinsik anak dan minat anak akan
meningkat. Hadiah untuk pekerjaan yang dilaksanakan dengan baik tidak harus
berupa materi (intangible). Namun yang terbaik justru berupa senyuman atau
anggukan, kata penghargaan, kesempatan untuk menampilkan dan mempersentasikan
pekerjaan sendiri, dan pekerjaan tambahan. Jika iklim kelas sedemikian rupa
sehingga belajar menjadi menarik dan menyenangkan, pekerjan tambahan dapat
merupakan hadiah. Hadiah yang diberikan hendaknya berkaitan erat dengan
kegiatannya, misalnya mendeklamasikan sajak yang dibuat, atau membacakan di
depan kelas karangan yang di buat dengan baik, sehingga meningkatkan bakat dan
minat anak.
c.
Pilihan
Sedapat mungkin guru bisa memberikan kesempatan pilihan untuk anak
memilih, misalnya boleh memilih topik karangannya sendiri, atau diperkenankan
memilih eksperimen mana yang akan dilakukan dalam pelajaran sains. Minat tidak
akan berkembang jika anak hanya dapat melakukan sesuatu dengan satu cara.
Sehingga pilihan-pilihan tersebut bisa meningkatkan minat anak dalam menangkap
tiap-tiap materi pelajaran yang disampaikan guru.
3.
Pengembangan
bakat dan minat anak di masyarakat
Masyarakat
seperti diartikan sebagai kumpulan individu dan kelompok yang diikta oleh
kesatuan Negara, kebudayaan dan agama. Masyarakat memiliki pengaruh besar dalam
memberi arah terhadap pendidikan anak terutama pemimpin dan penguasa. Pemimpin
dan penguasa dari masyarakat ikut bertanggung jawab terdapat penyelenggaraan
pendidikan. Sehingga tanggung jawab pada hakikatnya merupakan tanggung jawab
dari setiap orang dewasa baik perorangan maupun sosial.Sebagaimana
Negara-negara yang sudah maju, masyarakat memiliki peranan yang sangat kuat
dalam membantu mengembangkan bakat dan minat anak.Bahkan masyarakat sudah
melayani siswa dalam menggali dan mengembangkan bakat dan minat.
Dalam
pengembangan bakat dan minat anak, dapat melakukan kerjasama dengan masyarakat
sebagai bagian dalam proses belajar. Salah satu ciri anak berbakat adalah
memiliki minat seperti orang dewasa, mereka peduli terhadap masalah-masalh
sosial dan sering menunjukkan idealism yang cukup tinggi. Kegiatan yang dapat
dilakukan untuk memupuk bakat dan minat anak di dalam masyarakat adalah dengan
melakukan kegiatan-kegiatan, diantaranya:
a.
Melakukan
survei di sekolah atau di dalam masyarakat yang memberikan informasi yang
diperlukan untuk mengubah sesuatu.
b.
Membuat
halaman sekolah atau taman-taman di kota agar lebih indah, tentu harus
disetujui dulu apa yang diartikan dengan lebih indah.
c.
Bekerja
dengan kelompok atau perkumpulan di dalam masyarakat untuk melakukan kegiatan
yang bermanfaat bagi lingkungan.
d.
Merencanakan
proyek pengumpulan dana untuk kelompok masyakat baru atau sedang mengalami
musibah misalnya kebakaran, kebanjiran perpindahan.[39]
Selain itu dengan mengikutkan anak dalam kegiatan pada pendidikan
luar sekolah juga sangat membantu. Pendidikan luar sekolah ini seperti
sekolah-sekolah kesenian atau sanggar-sanggar, pendidikan pada lembaga ini
sangat penting dengan tujuan:
a.
Memberi
kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan minatnya dengan bersibuk diri secara
kreatif.
b.
Membantu
anak untuk menggunakan waktu luang dengan melakukan kegiatan yang menarik
baginya dan sekaligus bermanfaat.
c.
Memberi
pengalaman kepada orang tua dan pendidik mengenai cara-cara berinteraksi dengan
anak yang yang bersifat meningkatkan daya imajinasi dan minat anak.[40]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Minat
merupakan ketertarikan akan sesuatu objek yang berasal dari hati, bukan karena
paksaan dari orang lain. Hal ini menunjukan bahwa minat yang dimilki seseorang
merupakan hasil dari proses pemikiran, emosi serta pembelajaran sehingga
menimbulkan suatu keinginan untuk mendalami objek atau suatu kegiata tertentu.
Oleh karena itu minat pada masing-masing orang bisa berbeda meskipun berada
dalam lingkungan yang sama.
Bakat
merupakan kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan
atau dilatih untuk mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan
khusus, misalnya kemampuan berbahasa, bermain musik, melukis, dan lain-lain.
Cara
untuk mendeteksi minat dan bakat anak yaitu dengan mengenali karakteristik anak
dari berbagai jenis kecerdasan yang menonjol pada diri anak tersebut. Ketika
telah mengenali karakteristik anak, kita dapat menstimulasi minat dan bakat
anak sesuai kecerdasan yang dimilikinya.
B. Saran-Saran
Perlunya
orang tua maupun guru disekolah untuk mendeteksi minat dan bakat anak agar
dalam proses belajar atau dikemudian hari bisa bekerja di bidang yang
diminatinya dan sesuai dengan kemampuan serta minat dan bakat yang dimilikinya
sehingga mereka bisa mengembangkan kapabilitas untuk belajar serta bekerja
secara optimal dengan penuh antusias.
DAFTAR PUSTAKA
Abror, Abd Rahman. Psikologi Pendidika. 1989. (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya
Adhim, Mohammad
Fauzil. 2004. Membuat Anak Gila Membaca, Bandung: Al-Bayan Mizan
Ahmadi, Abu. 1991. Psikologi Umum, Jakarta: PT.
Rineka Cipta
Amstrong,
Thomas. 2004. Awaking Your Child’s Natural Genius membangkitkan bakat
alami kejeniusan anak anda, Terjemah Margaritifera R.I Nugroho. Batam:
Interaksara
An Nahlawi, Abdurrahman.
1995. Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat, Terjmh,
Shihabudin. Jakarta: Gema Insani Press
Buchori. 1991. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Aksara Baru
Crow, Lester D dan Alice Crow. 1984. Psikologi
Pendidikan. Terj Kasijan. Surabaya: Bina Ilmu
Derajat, Zakiah.
1992. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara
Faramarz bin
Muhammad Rahba. 1991. Selamatkan Putra-Putrimu dari Lingkaran Tidak Islami,
Terjmh Kamdani. Jakarta: Mitra Pustaka
Hasan, Maimunah.
2001. Mengembangkan Kreativitas Anak Secara Islami Yogyakarta:
Bintang Cemerlang
http://www.anakciremai.com/2009/12/psikologi-tentang-pengembangan.html. Diakses pada tanggal 19 Desember
2014
Hurlock, E.B,
1995. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Alih Bahasa;
Istiwidayanti & Soedjarwo, Edisi 5, Jakarta: Erlangga
Ihsan, Fuad. 2001. Dasar-Dasar Kependidikan (Komponen
MKDK). Cet. II. Jakarta: PT.Rineka
Cipta
Makmun, Abin
Samsudin. 1996. Pengembangan Profesi Dan Kinerja Tenaga Kependidikan. Bandung:
PPS IKIP Bandung
Nawawi. 1993. Hadari
Pendidikan Dalam Islam. Surabaya: Al-Ikhlas
Nursito. 1999. Menggali
Kreativitas, Yogyakarta: Mitra Gamawidya
Prayitno, Irwan.
2002. Membangun Potensi Anak. Jakarta: Pustaka Tarbiatuna
Purwanto, Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosda karya
Sadli, Saparinah.
1991. Intelegensi Bakat dan Test IQ. Jakarta: Gaya Faorite Press
Sardiman A. M, 1988. Interaksi dan Motivasi Belajar
Mengajar. (Jakarta: CV. Rajawali,
Slameto. 1987. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya,
(Jakarta: Rineka Cipta)
Sobur, Alex. 2003. Psikologi umum dalam lintas sejarah. Bandung: Pustaka Setia
Sukardi, Dewa Ketut dan Desak Made Sumiati, 1993. Kamus
Istilah Bimbingan dan Penyuluhan. Surabaya: Usaha Nasional
Sukardi, Dewa
Ketut. 1998. Analisis Inventori Minat, Jakarta: Bina Aksara
Tafsir, Ahmad.
Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya
Tim Penyusun Kamus Pusat Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Usman, Moh.
Uzer dan Lilis Setiawati. 2002. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Wahyudi, Tri. 2002. Minat dan Motivasi siswa kelas 1
SMA Muhammadiyah2 Cepu Kabupaten Blora Dalam Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler
Olahraga Bolavoli Tahun 2006 (Skripsi), Semarang : PJKR. FIK. UNNES
Zuhairini, dkk,
1991. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara
[1] Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan (Komponen MKDK),
(Jakarta: PT.Rineka Cipta, Cet. II, 2001), Hlm.7
[2]Dewa Ketut Sukardi dan Desak Made Sumiati, Kamus
Istilah Bimbingan dan Penyuluhan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1993), hlm. 10
[4] Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1989), hlm. 168
[5] Ibid., hlm. 171
[7]Tim Penyusun Kamus Pusat Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, 1990, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, hlm. 583
[11] Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1987),
hlm. 182
[12] Crow, Lester D dan Alice Crow, Psikologi Pendidikan,
Terj Kasijan, (Surabaya: Bina Ilmu, 1984), hlm. 22
[13] Ibid.,
[14] Tri Wahyudi, Minat dan Motivasi
siswa kelas 1 SMA Muhammadiyah2 Cepu Kabupaten Blora Dalam Mengikuti Kegiatan
Ekstrakurikuler Olahraga Bolavoli Tahun 2006 (Skripsi), (Semarang : PJKR.
FIK. UNNES, 2002), Hlm. 18
[17] Ibid., hlm.
389
[18] Abin Samsudin
Makmun, Pengembangan Profesi Dan Kinerja Tenaga Kependidikan, (Bandung:
PPS IKIP Bandung. 1996)
[19] Buchori, Psikologi Pendidikan. (Jakarta. PT. Aksara Baru, 1991), hlm. 136
[21] http://www.anakciremai.com/2009/12/psikologi-tentang-pengembangan.html. Diakses pada tanggal 19 Desember 2014
[22] Dewa Ketut
Sukardi, Analisis Inventori Minat, (Jakarta: Bina Aksara, 1998), hlm. 64
[23] Moh. Uzer
Usman dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 4.
[24] Hurlock,
E.B, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan, Alih Bahasa; Istiwidayanti &
Soedjarwo, Edisi 5, (Jakarta: Erlangga, 1995), hlm. 117
[25]Zakiah Derajat,
Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1992) hlm. 196.
[26]Thomas
Amstrong, Awaking Your Child’s Natural Genius membangkitkan bakat alami
kejeniusan anak anda, Terjemah Margaritifera R.I Nugroho (Batam:
Interaksara, 2004), hlm. 60.
[27] Ahmad Tafsir, Ilmu
Pendidikan Dalam Perspektif Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya), hlm. 157.
[28] Maimunah
Hasan, Mengembangkan Kreativitas Anak Secara Islami (Yogyakarta: Bintang
Cemerlang, 2001), hlm. 81.
[29] Mohammad
Fauzil Adhim, Membuat Anak Gila Membaca, (Bandung: Al-Bayan Mizan,
2004), hlm 195.
[30] Saparinah
Sadli, Intelegensi Bakat dan Test IQ (Jakarta: Gaya Faorite Press,
1991), 74.
[31]Thomas
Amstrong, Awaking Your Child’s Natural Genius…………………………hlm. 60.
[32]Irwan Prayitno,
Membangun Potensi Anak, (Jakarta: Pustaka Tarbiatuna, 2002), hlm. 60.
[33]Zuhairini, dkk,
Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm. 64.
[34]Abdurrahman An
Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat, Terjmh,
Shihabudin (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), hlm. 152.
[35]Nursito, Menggali
Kreativitas, (Yogyakarta: Mitra Gamawidya,1999), hlm. 33.
[37]Faramarz bin
Muhammad Rahba, Selamatkan Putra-Putrimu dari Lingkaran Tidak Islami, Terjmh
Kamdani, (Jakarta: Mitra Pustaka, 1991), hlm. 64.
[39] Hadari Nawawi,
Pendidikan Dalam Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), hlm. 191.

0 komentar:
Posting Komentar