Sebaik-baik Kalian adalah yang Belajar Al-Qur'an dan Mengamalkannya

Kamis, 04 Oktober 2018

MAKALAH BAKAT DAN MINAT


BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Manusia dilahirkan tidak langsung dewasa dan dalam keadaan tidak berdaya, perlu mendapatkan uluran tangan orang lain untuk melangsukan kehidupannya. Anak sebagai manusia yang belum dewasa memiliki potensi bawaan yang terkandung dalam dirinya yang perlu dikembangkan. Untuk menuju kehidupan yang dewasa, manusia perlu dipersiapkan, terlebih pada masyarakat modern saat ini. Pendidikan sangat berperan dalam menentukan perkembangan dan perwujudan diri individu manusia. Karena pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta dan budi nurani) dan jasmani (panca indera serta keterampilan-keterampilan).[1]
Sedangkan lembaga pendidikan dalam era multikultural sekarang ini, tentu memiliki peserta didik dari berbagai kalangan dengan bakat dan minat yang berbeda satu sama lain. Keadaan ini secara tidak langsung telah mendorong lembaga pendidikan memiliki respon yang baik terhadap peserta didik yang ada. Lembaga pendidikan dituntut mampu mengadopsi seluruh kebutuhan siswa dengan latar belakang bakat dan minat yang berbeda. Untuk menjawab tantangan tersebut, lembaga pendidikan semestinya memiliki kebijakan yang berpihak kepada peserta didik, terutama dalam mengembangkan bakat yang mereka bawa dan minat yang perlu dikemas. Upaya tersebut,  salah satunya dapat diterapkan dalam proses pembelajaran sebagai media utama pengembangan bakat dan minat.


B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang diangkat kali ini adalah:
1.      Apakah yang dimaksud dengan bakat dan minat?
2.      Apa saja faktor-faktor yang mempengarui perkembangan bakat dan minat?
3.      Apa saja jenis-jenis bakat dan minat?
4.      Bagaimana cara mengenali bakat dan minat?
5.      Bagaimana implimentasi bakat dan minat dalam pendidikan Islam?



Foto : tugassekolah.com



BAB II
PEMBAHASAN


A. Pengertian Bakat dan Minat
1. Pengertian Bakat
       Bakat menurut Kamus Istilah Bimbingan dan penyuluhan merupakan kondisi suatu kualitas yang dimiliki oleh individu, yang memungkinkan individu tersebut untuk berkembang pada masa yang akan datang.[2] Menurut Ngalim Purwanto bakat lebih dekat pengertiannya dengan kata Aptitude yang berarti kecakapan pembawaan, yaitu yang mengenai kesanggupan-kesanggupan (potensi-potensi) yang tertentu.[3]
William B. Michael memberikan definisi mengenai bakat sebagai berikut ”An aptitude  may be define as a person’s capacity, or hypothetical potential, for acquisition of a certain more or less weeldefined pattern of behavior involved in the performance of a task respect to which the individual has had little or no previous training.Menurut definisi tersebut, Michael meninjau bakat itu terutama dari kemampuan individu untuk melakukan tugas, yang sedikit sekali tergantung kepada latihan mengenai hal tersebut.[4]
Guilford menyatakan bahwa aptitude pertains to abilities to perform. there are actually as many abilities as there are actions to be performed, hence traits of this kind are very numerous.” Pada intinya, Guilford pun menyatakan bahwa bakat itu berkaitan dengan kemampuan.[5]
Woodworth dan Marquis mendefinisikan bahwa: “aptitude is predictable achievement and can be measured by specially devised test”. Bakat (aptitude) oleh Woodworth dan  Marquis dimasukkan dalam kemampuan (ability). Menurutnya ability mempunyai tiga arti, yaitu:
a)      Achievement yang merupakan actual ability, yang dapat diukur langsung dengan alat atau tes tertentu.
b)      Capacity yang merupakan potential ability, yang dapat diukur secara tidak langsung dengan melalui pengukuran terhadap kecakapan individu, di mana kecakapan ini berkembang dengan perpaduan antara dasar dengan training yang intensif dan pengalaman.
c)      Aptitude, yaitu kualitas yang hanya dapat diungkap/diukur dengan tes khusus yang sengaja dibuat untuk itu.[6]
Dari pendapat tersebut maka dapat dijelaskan bahwa bakat adalah suatu potensi pada diri seseorang yang dengan suatu latihan atau keterampilan tertentu memungkinkannya mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keahlian atau keterampilan khusus, seperti bakat berhitung, bakat berbahasa dan lainnya.

2. Pengertian Minat
Secara bahasa minat berarti kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu.[7] Dikemukakan oleh Hilgard yang dikutip oleh Slameto menyatakan “Interest is persisting tendency to pay attention to end enjoy some activity and content.” Minat adalah kecendurungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang.[8]
Menurut Crow minat atau interest berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita cenderung atau merasa tertarik pada orang, benda, atau kegiatan.[9] Sardiman A. M. berpendapat bahwa minat merupakan suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri.[10] Sedangkan Menurut Slameto minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.[11]
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa minat adalah kecendurungan hati seseorang yang terarah kepada suatu obyek tertentu yang dinyatakan dalam berbagai tindakan karena adanya suatu perhatian, perasaan senang, tertarik pada obyek tersebut.

B. Faktor-faktor yang Mempengarui Perkembangan Bakat dan Minat
1.      Faktor-faktor yang Mempengarui Perkembangan Bakat
Perkembangan Bakat dipengaruhi dua faktor yaitu:
a.    Faktor internal
Faktor internal bakat yaitu:
1)      Minat, minat merupakan motif asli yang muncul dari dalam diri individu itu sendiri.
2)      Motif Berprestasi, anak-anak yang mumpunyai keinginan yang kuat menjadi seseorang yang berprestasi maka dengan dorongan dan latihan maka anak tersebut dapat mengoptimalkan bakat yang dia miliki. Sebaliknya meskipun anak tersebut mendapat dukungan dan latihan tanpa ada motif berprestasi maka pengembangan bakat yang ia miliki tidak akan maksimal.
3)      Keberanian mengambil resiko, resiko adalah hal yang biasa dalam menjalankan suatau hal. Resiko bentuknya bermacam-macam. Contoh kita punya bakat dalam hal bela diri tapi kita takut mengambil resiko seperti patah tangan, bibir sobek kena pukul, dan sebagainya maka tidak akan pernah mungkin kita bisa jadi pesilat atau petarung yang baik.
4)      Keuletan menghadapi tantangan, Ulet artinya pantang menyerah dan tidak takut gagal. Seseorang yang bisa menganggap bahawa kegagalan itu adalah hal yang biasa maka ia akan punya jiewa yang kuat untuk menghadapi segala masalah yang akan muncul.
5)      Pengaruh unsur genetik, khususnya yang berkaitan dengan fungsi otak bila dominan otak sebelah kiri, bakatnya sangat berhubungan dengan masalah verbal, intelektual, teratur, dan logis dan bila dominan dengan otak kanan berhubungan dengan masalah spasial, non verbal, estetik, artistik serta atletis.
b.      Faktor eksternal
Faktor eksternal bakat yaitu:
1)      Latihan: Bakat adalah sesuatu yang sudah dimiliki secara alamiah, yang mutlak memerlukan latihan untuk membangkitkan dan mengembangkannya.
2)      Kesempatan maksimal untuk mengembangkan diri. Salah satu hal yang menyebabkan itu terjadi karena tidak ada kesempatan atau tidak pernah mereka diberi kesempatan untuk mencoba.
3)      Sarana dan Prasarana
4)      Dukungan dan dorongan dari keluarga.
5)      Lingkungan tempat tinggal
6)      Pola asuh orang tua

2.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat
Minat pada hakekatnya merupakan sebab akibat dari pengalaman. “Minat berkembang sebagai hasil dari pada suatu kegiatan dan akan menjadi sebab akan dipakai lagi dalam kegiatan yang sama”.[12]
Menurut Crow ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat, Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1)      The Factor Inner Urge: Rangsangan yang datang dari lingkungan atau ruang lingkup yang sesuai dengan keinginan atau kebutuhan seseorang akan mudah menimbulkan minat. Misalnya kecenderungan terhadap belajar, dalam hal ini seseorang mempunyai hasrat ingin tahu terhadap ilmu pengetahuan.
2)      The Factor Of Social Motive: Minat seseorang terhadap obyek atau sesuatu hal. Disamping itu juga dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri manusia dan oleh motif sosial, missal seseorang berminat pada prestasi tinggi agar dapat status social yang tinggi pula.
3)      Emosional Factor: Faktor perasaan dan emosi ini mempunyai pengaruh terhadap obyek misalnya perjalanan sukses yang dipakai individu dalam suatu kegiatan tertentu dapat pula membangkitkan perasaan senang dan dapat menambah semangat atau kuatnya minat dalam kegiatan tersebut. Sebaliknya kegagalan yang dialami akan menyebabkan minat seseorang berkembang.[13]
Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembangnya minat adalah sebagai berikut:[14]
1)      Motivasi dan cita-cita
Adanya cita-cita dan dukungan oleh motivasi yang kuat dalam diri seseorang maka akan dapat membesarkan minat orang itu terhadap suatu objeknya. Sebaliknya apabila cita-cita dan motivasi tidak ada maka minat sulit ditumbuhkan.
2)      Sikap terhadap suatu objek
Sikap senang terhadap objek dapat membesarkan minat seseorang terhadap objek tersebut. Sebaliknya jika sikap tidak senang akan memperkecil minat seseorang.


3)      Keluarga
Keadaan keluarga terutama keadaan sosial ekonomi dan pendidikan keluarga dapat mempengaruhi minat seseorang terhadap objek tersebut.
4)      Fasilitas
Tersedianya fasilitas yang mendukung akan menjadikan minat seseorang terhadap suatu objek lebih besar.
5)      Teman pergaulan
Teman pergaulan yang mendukung misalnya diajak kompromi terhadap suatu hal yang menarik perhatiannnya maka teman tersebut dapat lebih meningkatkan minatnya, tetapi teman yang tidak mendukung mungkin akan menurunkan minat seseorang.
Sedangkan menurut Abu Ahmadi ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi minat yaitu sebagai berikut:
1)      Pembawaan.
2)      Kebutuhan.
3)      Kewajiban.
4)      Suasana jiwa.
5)      Keadaan batin
6)      Suasana di sekitar.
7)      Kuat tidaknya perangsang.[15]

C. Jenis-jenis Bakat dan Minat
1.      Jenis-Jenis Bakat
Bakat adalah kemampuan dasar seseorang untuk belajar dalam tempo yang relatif pendek dibandingkan orang lain. Menurut Yoesoef Noesyirwan berdasarkan fungsi atau aspek jiwa raga yang terlihat dalam berbagai macam prestasi, bakat dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:


a.       Bakat yang lebih berdasarkan psikofisik
Bakat jenis ini adalah kemampuan yang berakar pada jasmaniah sebagai dasar dan fundamen bakat, sepertI kemampuan pengindraan, ketangkasan, kemampuan motorik, kekuatan badan dan anggota badan lainnya.
b.      Bakat kejiwaan yang bersifat umum
Bakat jenis ini ialah kemampuan ingatan daya khayal atau imajinasi dan intelegensi.
c.       Bakat-bakat kejiwaan yang khas dan majemuk
Bakat ini berhubungan erat dengan  watak, seperti kemampuan untuk mengadakan kontrak sosial, kemampuan mengasihi, kemampuan perasaan atau menghayati perasaan orang lain.[16]

2. Jenis-jenis Minat
Menurut Milton minat dibagi menjadi dua yaitu:
a)      Minat subyektif: Perasaan yang menyatakan bahwa pengalaman-pengalaman tertentu yang bersifat menyenangkan.
b)      Minat obyektif: Reaksi yang merangsang kegiatan-kegiatan dalam lingkungannya.[17]
Minat dilihat dari segi timbulnya terdiri dari dua macam yaitu:
a)      Minat spontan: minat yang timbul dengan sendirinya secara langsung.
b)      Minat yang disengaja: minat yang dimiliki karena dibangkitkan atau ditimbulkan.[18]
Sedangkan secara umum menurut Buchori minat dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:
a)      Minat Primitif: Minat primitif disebut minat yang bersifat biologis, seperti kebutuhan makan, minum, bebas bergaul dan sebagainya. Jadi pada jenis minat ini meliputi kesadaran tentang kebutuhan yang langsung dapat memuaskan dorongan untuk mempertahankan organisme.
b)      Minat Kultural: Minat kultural atau dapat disebut juga minat sosial yang berasal atau diperoleh dari proses belajar. Jadi minat kultural disini lebih tinggi nilainya dari pada minat primitive. Suatu minat tidak dibawa sejak lahir melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap sesuatu tidak muncul sejak lahir melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya walaupun minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan hal yang hakiki untuk dapat mempelajari hal tersebut.[19]

D. Cara Mengenali Bakat dan Minat
1.      Cara mengenali Bakat
Menurut sejarahnya usaha pengenalan bakat itu mula-mula terjadi pada bidang kerja tetapi kemudian juga dalam bidang pendidikan. Bahkan dewasa ini dalam bidang pendidikan, usaha yang paling banyak dilakukan. Pemberian nama terhadap berjenis-jenis bakat biasanya dilakukan berdasar atas demi lapangan apa bakat tersebut berfungsi. Misalnya: bakat matematika, bakat bahasa, dan sebagainya. Dengan demikian, macamnya bakat akan sangat tergantung pada konteks kebudayaan di mana seseorang individu hidup. Mungkin pula dalam bidang kerja. Sebenarnya setiap bidang studi/bidang kerja dibutuhkan berfungsinya lebih dari satu faktor bakat saja. Bermacam-macam faktor mungkin diperlukan berfungsinya untuk suatu lapangan studi atau lapangan kerja tertentu. Suatu contoh misalnya bakat untuk belajar di Fakultas Tehnik akan memerlukan berfungsinya faktor-faktor mengenai bilangan, ruang, berfikir abstrak, bahasa, mekanik dan mungkin masih banyak lagi.
Oleh karena itu ada kecenderungan di antara para ahli sekarang untuk mendasarkan pengukuran bakat itu pada pendapat, bahwa pada setiap individu sebenarnya terdapat semua faktor-faktor yang diperlukan untuk berbagai macam lapangan, hanya dengan kombinasi, konstilasi dan intensitas yang berbeda-beda. Karena itu biasanya yang dilakukan dalam diagnosis tentang bakat adalah membuat urutan (rangking) mengenai berbagai bakat pada setiap individu. Prosedur yang biasanya ditempuh adalah:
a.       Melakukan analisis jabatan (job analysis) atau analisi lapangan studi untuk menemukan faktor apa saja yang diperlukan supaya orang dapat berhasil dalam lapangan dan sebagainya.
b.      Dari hasil analisis tersebut dibuat pecandraan jabatan (job description) atau pecandraan lapangan studi.
c.       Dari pecandraan jabatan atau pecandraan lapangan studi diketahui persyaratan apa yang harus dipenuhi supaya individu dapat lebih berhasil dalam lapangan tertentu.
d.      Dari persyaratan itu sebagai landasan disusun alat pengungkapnya yang biasanya berwujud tes.
Dengan jalan pikiran seperti yang digambrkan di atas itulah pada umumnya tes bakat itu disusun. Sampai sekarang boleh dikata belum ada tes bakat yang cukup luas daerah pemaiknya (seperti misalnya tes intelegensi); berbagai tes bakat yang telah ada seperti misalnya FACT (Flanagan Aptitude Clasification Test) yang disusun oleh Flanagan, DAT. (Differential Aptitude Test) yang disusun oleh Bennet, M-Test (Mathematical and Technical Test) yang disusun oleh Luningprak masih sangat terbatas daerah berlakunya. Hal ini disebabkan karena tes bakat sangat terikat kepada konteks kebudayaan di mana tes itu disusun,sedangkan macam-macamnya bakat juga terikat kepada konteks kebudayaan di mana klasifikasi bakat itu dibuat.[20]
Anak berbakat, perkembangan motoriknya lebih cepat dibanding anak biasa. Baik dalam berbicara, berjalan, maupun membaca. Misalnya, umur 9 bulan sudah bisa jalan (normalnya, usia 12,5 bulan). Selain itu, ia juga cepat dalam memegang sesuatu dan membedakan bentuk serta warna. Untuk kemampuan membaca, kadang anak berbakat memperolehnya dari belajar sendiri. Yaitu dari mengamati dan menghubung-hubungkan. Misalnya dari memperhatikan lalu-lintas, tv, atau buku.
Anak berbakat juga senang bereksplorasi atau menjajaki. "Jadi, kalau ia mempreteli barang-barang, bukan karena dia nakal tapi karena rasa ingin tahunya,". Tentang rasa ingin tahu yang tinggi ini, memang pada umumnya dimiliki anak kecil. Hanya, pada anak berbakat cara mengamatinya lebih kental dibanding anak-anak biasa. Hal lain yang menjadi karakteristik anak berbakat ialah bicaranya bisa sangat serius. Pertanyaannya sering menggelitik dan tak terduga. Kadang ia tak puas dengan jawaban yang diberikan, sehingga terus berusaha mencari jawaban-jawaban lain. Untuk memahami siswa berbakat, dapat diidentifikasi dari karakteristik yang sering muncul dalam bnetuk perilaku sebagai berikut:[21]
a.    Karakteristik belajar
1)   Belajar lebih cepat dan lebih mudah
2)   Menyukai tugas dan tantangan yang kompleks
3)   Mengetahu banyak hal dimana anak lainya tidak mengetahuinya
4)   Memiliki kosa kata yang sangat maju, dan kemampuan berbahasa sangat baik
5)   Sudah dapat membaca pada usia yang sangat awal
6)   Terampil dalam memcahkan masalah
7)   Sering mengajukan pertanyaan yang kritis dan tidak teerduga
8)   Menunukkan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap banyak hal
b.    Karakteristik Motivasi
1)   Persisten dalam menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi minatnya
2)   Senang mengerjakan tugas secara independen, hanya sedikit memerlukan pengarahan
3)   Komitmen kuat pada tugas yang dipilihnya
c.    Karaktersitik Kreativitas
1)   Sensitif terhadap estetika
2)   Suka bereksperimen, sering menemukan cara baru dalam mengerjakan tugas
3)   Spontan dalam mengekresikan rasa humor
4)   Banyak ide ketika menghadapi tantangan/problem
d.      Karakteristik Sosial-emosional:
1)   Memiliki rasa percaya diri yang kuat
2)   Lebih menyukai teman yang lebih tua usianya dan memiliki kesamaan minat
3)   Cenderung perpfeksionis
4)   Mudah menyesuiakan diri pada situasi baru

2. Cara Mengenali Minat
Menurut Dewa Ketut Sukardi (1994: 64) minat dapat ditentukan dengan 3 cara yaitu:[22]
a.       Minat yang diekspresikan ( Expresed interest )
Seseorang dapat mengungkapkan minat atau pilihanya dengan kata tertentu. Misalnya: seseorang mengatakan bahwa ia/dia tertarik pada mata pelajaran Akuntansi.
b.      Minat yang diwujudkan ( Manifest interest )
Seseorang dapat mengekspresikan minat bukan melalui kata-kata tetapi melalui tindakan atau perbuatan, ikut serta berperan aktif dalam suatu aktivitas tertentu. Misalnya: seseorang dapat ikut serta dalam suatu organisai koperasi.
c.       Minat yang diinventarisasikan ( Inventoried interest )
Seseorang menilai minatnya dapat diukur dengan menjawab terhadap sejumlah pertanyaan tertentu atau urutan pilihanya untuk kelompok aktivitas tertentu. Jika seorang menaruh minat terhadap sesuatu, minatnya tersebut menjadi motif yang kuat baginya untuk berhubungan secara lebih aktif dengan sesuatu yang diminatinya.
Seseorang dikatakan berminat terhadap sesuatu bila individu itu memiliki beberapa unsur antara lain:[23]
a.       Perhatian
Seseorang dikatakan berminat apabila individu disertai adanya perhatian, yaitu kreatifitas jiwa yang tinggi yang semata-mata tertuju pada suatu objek. Jadi seseorang yang berminat terhadap sesuatu obyek yang pasti perhatiannya akan memusat terhadap sesuatu obyek tersebut. Dalam hal ini perhatian ditujukan pada obyek ekstrakurikuler Akuntansi.
b.      Kesenangan
Perasaan senang terhadap sesuatu obyek baik orang atau benda akan menimbulkan minat pada diri seseorang, orang merasa tertarik kemudian pada gilirannya timbul keinginan yang dikehendaki agar obyek tersebut menjadi miliknya. Dengan demikian maka individu yang bersangkutan berusaha untuk mempertahankan obyek tersebut.
c.       Kemauan
Kemauan yang dimaksud adalah dorongan yang terarah pada tujuan yang dikehendaki oleh akal pikiran. Dorongan ini akan melahirkan timbulnya suatu perhatian terhadap suatu obyek. Sehingga dengan demikian akan memunculkan minat individu yang bersangkutan.
Selain itu, menurut Hurlock minat terbagi menjadi 3 aspek yaitu:
a.       Aspek Kognitif
Berdasarkan atas pengalaman pribadi dan apa yang pernah dipelajari baik di rumah, sekolah dan masyarakat serta dan berbagai jenis media massa.
b.      Aspek Afektif
Konsep yang membangun aspek kognitif, minat dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan yang ditimbulkan minat. Berkembang dari pengalaman pribadi dari sikap orang yang penting yaitu orang tua, guru dan teman sebaya terhadap kegiatan yang berkaitan dengan minat tersebut dan dari sikap yang dinyatakan atau tersirat dalam berbagai bentuk media massa terhadap kegiatan itu.
c.       Aspek Psikomotor
Berjalan dengan lancar tanpa perlu pemikiran lagi, urutannya tepat. Namun kemajuan tetap memungkinkan sehingga keluwesan dan keunggulan meningkat meskipun ini semua berjalan lambat.[24]

E. Aplikasi Bakat Dan Minat Anak Dalam Pendidikan Islam

Pada setiap orang ada kecendrungan atau dorongan untuk mewujudkan dirinya, dorongan untuk berkembang dan menjadi matang, dorongan untuk mengaktifkan semua potensinya. Potensi ini akan terlihat apabila individu dapat membentuk hubungan-hubungan baru dengan lingkungannya dalam upaya untuk menjadi dirinya.Oleh karena itu, agar potensi individu dapat terwujud dan dapat teraktualisasikan dengan baik, diperlukan lingkungan yang dapat memberinya kebebasan dan rasa aman dalam perkembangannya. Lingkungan itu mencakup iklim dan geografis, tempat tinggal, adat istiadat, pendidikan dan alam. Dengan kata lain segala sesuatu yang tampak dan terdapat di alam kehidupan yang senantiasa berkembang.[25]
Aplikasi bakat dan minat anak dalam pendidikan Islam mencakup tiga aspek, yaitu:
1.      Pengembangan bakat dan minat anak dalam keluarga
Fitrah anak harus terjaga dari ketergelinciran dan penyimpangan.  Islam memandang keluarga bertanggung jawab atas fitrah anak.  Segala penyimpangan yang menimpa fitrah tersebut menurutt pandangan Islam berpangkal dari kedua orang tua atau oendidik yang mewakilinya.  Pendapat itu didasarkan pada pandangan bahwa anak dilahirkan dalam keadaan suci lahir bathin dan sehat fitrahnya.  Mengenai makna ini, Rasulullah saw bersabda dalam riwayat Abu Hurairah ra:
“Tidak ada seoranng anak pun, kecuali dilahirkan menurut fitrah, maka kedua orang tuanya lah yang menjadikannya beragama yahudi, nasrani atau majusi; sebagaimana binatang ternak dilahirkan, adakah kamu dapati yang telah dipotong (dilobangi) hidungnya sehingga kamu tidak perlu lagi memotongnya?” (HR Bukhari).
Keluarga adalah lingkungan sekolah yang pertama dan terpenting bagi anak, tempat dimana anak akan belajar mungkin 95 % (persen). Hal-hal yang akan dibawa selama hidupnya, termasuk harga diri, kematangan emosional, tanggung jawab dan keahlian praktis banyak anak  juga belajar membaca dan menulis dirumah.[26] Keluarga juga merupakan unit terkecil masyarakat. Pembina masyarakat pertama dan paling utama adalah lingkungan keluarga.[27] Sebagaimana dalam firman Allah surat At-Tahrim ayat 6:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًاوَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدَادٌ لايَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari apineraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganyamalaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadapapa ang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintah- kan. (QS. At Tahrim 66:6)
Dari ayat tersebut, orang dewasa yaitu orang yang dalam hal ini memiliki tanggung jawab untuk menjaga dirinya dan keluarganya termasuk di dalamnya yakni anak, agar terhindar dari siksa api neraka.
Peran orang tua dalam memperkaya anak dengan bermacam-macam pengalaman dan memperdalam pengalamamannya, hal ini sangat penting. Olah karena itu makin banyak dan makin bervariasi hal-hal baru yang dilihat dan didengar anak, anak makin tertarik untuk mencoba bermacam-macam hal.             Makin besar variasi rangsang lingkungan yang dipecahkan atau ditanggulangi makin besar kemampuannya untuk mengulangi berbagai masalah.[28] Hal ini sangat membantu dalam membangun motivasi belajar anak. Sebagai contoh anak dikenalkan dengan berbagai macam keterampilan atau tugas seperti membaca, menulis, keterampilan tangan, olah raga, melukis, berbagai macam permainan dan lain sebagainnya.
Dengan demikian bakat dan minat anak akan terdorong jika mereka menerima perlakuan yang wajar dan terhormat dari lingkungannya, terlebih orang tua. Anak yang sering mendapat pujian secara spontan dari orang tua cenderung lebih cerdas dan kreatif. Tetapi anak yang sering mendapat cemoohan dari lingkungan dan terlebih lagi orang tua anak akan cenderung gagal dalam mengembangkan bakat dan minatnya.[29]
Oleh karena itu bakat dan minat merupakan interaksi antara sifat yang diturunkan dan proses belajar yang terjadi sepanjang hidup. Dalam hal ini peranan ibu sangat penting bagi anak, ibu memiliki peran paling besar karena ibu dapat mengenal anak secara individual, sebagai guru secara klasikal, lebih mengetahui cara untuk memotivasi dan saat-saat anak menyukai sesuatu. Ibu juga tahu seberapa besar daya juang anak terhadap rintangan-rintangan yang dihadapi anak.[30]
Dalam hal ini lingkungan rumah merupakan sarana atau media yang paling murah yang dapat digunakan orang tua untuk membantu anak dalam mengembangkan bakat dan minatnya. Rumah merupakan sarana yang cukup efektif karena anak langsung mendapatkan perhatian penuh dari orang tua dan anggota keluarga lainnya. Fungsi rumah dalam mendukung pengembangan bakat dan minat anak tersebut diantaranya:
a.       Menganggap rumah sebagai pusat pembelajaran
Karena anak melakukan sebagian besar pembelajaran yang sesungguhnya di rumah bukan sekolah, dimana di dalam rumah dianggap sebagai kelas-kelas tersendiri, pembelajaran alami dapat terjadi secara teratur. Ruang makan sebagai tempat diskusi, ruang keluarga sebagai pusat permainan dan aktivitas keluarga, kamar tidur sebagai tempat bermain dan belajar, dan halaman sebagai tempat rekreasi.[31]

b.      Tidak memaksa anak untuk belajar
Berada dibawah tekanan yang luar biasa akan menyebabakan anak takut menghadapi kegagalan, mentargetkan diri untuk memenuhi harapan orang lain yang tidak masuk akal, sehingga anak menyimpan gejala-gejala stress. Pentingnya interaksi awal dalam mempengaruhi kesempatan anak untuk sukses dalam hidup. Orang tua yang memberikan pengawasan ketat dan pemaksaan terhadap apa yang dilakukan anak disamping menyebabkan gejala-gejala stress pada anak, anak juga akan kehilangan salah satu yang diperlukan untuk mengembangkan minatnya, karena anak hanya sedikit diperkenalkan dengan sesuatu hal yang baru sehingga sedikit memberi peluang baginya untuk berkreasi.
c.       Membagi pekerjaan orang tua dengan anak-anak
Pekerjaan orang tua bisa menjadi inspirasi bagi anak, hanya jika orang tua berkenan membagi keterlibatan dengan cara yang nyata dan jelas. Mengajak anak ke tempat kerja dan membiarkan mereka melihat apa yang orang tuanya kerjakan guna membiayai keluarga. Menemukan sesuatu yang bisa dikerjakannya pada saat mereka di sana, hal itu akan memberikan keterlibatan yang berarti bagi anak.[32]
d.      Teratur untuk belajar
Keluarga merupakan tempat bagi perkembangan anak untuk selalu teratur belajar dengan tekun. Hal ini bisa kita pahami ketika seorang anak yang setiap malam (biasanya setelah shloat isya) belajar dengan di bimbing orang tuanya untuk menyiapkan pelajaran yang akan dilaksanakan esok paginya. Hal ini jika dilakukan secara teratur maka anak akan belajar disiplin dan bisa sebagai sarana untuk mengembangkan bakat dan minatnya.
Dari uraian diatas, dapat kita lihat bahwa keluarga merupakan sekolah pertama bagi anak.[33] Lingkungan dimana anaka dapat mendapatkan pendidikan dan pengalaman hidup langsung dari pendidik yaitu orang tuanya. Lingkungan rumah dan keterlibatan secara aktif orang tua dan anggota keluarga lain dalam membersamai setiap aktivitas memiliki peranan yang sangat penting bagi tumbuh kembang anak. Selain itu cara ini merupakan cara yang efektif dan efisien bagi proses perkembngan potensi anak.
2.      Pengembangan bakat dan minat anak disekolah
Dalam pengembangan bakat dan minat anak disekolah banyak hal yang sangat mempengaruhi diantaranya faktor pendidik, strategi mengajar, kurikulum, pengaturan kelas dan sebagainnya. Bakat dan minat yang sudah digali dan ditumbuhkembangkan dilingkungan keluarga dan pendidikan prasekolah, hendaknya orang tua mengkomunikasikan dengan lingkungan sekolah agar tidak terjadi keterputusan dalam pengembangannya atau bahkan mati. Oleh Karena itu, lingkungan sekolah dasar memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan bakat dan minat anak selanjutnya.
Dalam pendidikan Islam, sekolah memiliki fungsi utama yaitu sebagai media realisasi pendidikan berdasarkan tujuan, akidah, dan syariat demi terwujudnya penghambaan diri kepada Allah serta sikap mengesakan Allah dan mengembangkan segala bakat atau potensi manusia lainnya sesuai dengan fitrah sehingga manusia terhindar dari berbagai penyimpangan.[34]
Peranan sekolah dalam mengembangkan bakat dan minat harus sesuai dengan potensi (fitrah) anak, karena setiap anak memiliki eksistensi tersendiri. Dalam hal ini pendidikan islam mamandang setiap anak memiliki sebuah eksistensi tersendiri. Anak yang mempunyai hak, perbedaan individu dengan lainnya dan mempunyai kemerdekaan sebagai konsekuensi dari haknya.Sengan demikian setiap anak memiliki hak dan kemerdekaan untuk mengaktualisasikan seluruh potensinya.
Menurut Nursito, bakat akan muncul apabila seseorang banyak melakukan aktivitas, dengan aktivitas anak yang banyak mendorong anak semakin kreatif untuk mencoba aktivitas yang lainnya. Jadi, minat merupakan bagian dari usaha seseorang dan tidak berdiri sendiri. Pada awalnya mingkin anak dalam melukan aktivitas dan belajar hanya sekedar patuh dan mengikuti perintah guru tetapi jika dilakukan degan sungguh-sungguh secara langsung dapat mendorong bagi anak dalam mengembangkan bakat anak yang terpendam, dengan syarat seorang guru perlu memperhatikan banyak hal diantaranya yaitu:
a.       Menciptakan suasana yang menyenangkan bagi anak didik ketika mereka melakukan kegiatan agar diikuti dengan kepatuhan.
b.      Menimbulkan kekaguman anak didik kepada sang guru. Anak didik haus dibuat menjadi fans dengan guru.[35]
Peranan guru sebagai idola anak dalam pengembangan bakat dan minat sangat penting. Pendidik dalam hal ini guru, dapat menjadi idola bagi anak dapat melakukan upaya-upaya, diantaranya:
1)      Aktif membaca
2)      Giat melakukan telaah
3)      Gemar berapresiasi
4)      Mencintai seni
5)      Respektif terhadap perkembangan
6)      Menghasilkan sejumlah karya
7)      Dapat memberikan contoh dari hal-hal yang dituntut siswa.[36]
Selain itu karena pada usia sekolah dasar ini anak cenderung melihat pada teladan dari pada peraturan, lebih melihat hal yang pendidik lakukan dari pada apa yang dikatakan.[37] Guru yang kreatif akan mendorong anak untuk kreatif, guru yang memiliki banyak karya akan mendorong anak untuk menciptakan berbagai karya seperti apa yang dilakukan guru dan sebagainya. Oleh karena itu seorang guru hendaknya menunjukkan bakat dan daya kreasinya sehingga mendorong anak tertarik untuk mencontohnya.
Dalam mengembangkan bakat dan minat siswa hendaknya guru dan semua bentuk mata pelajaran bertujuan mengembangkan kemampuan kreatif siswa sehingga anak akan bergerak kea rah aktualisasi diri (self actualization) disemua aspek kehidupan dan kesehatan mental lebih besar.[38] Adanya integrasi antara mata pelajaran di sekolah dengan kehidupan sehari-hari anak didik.
Dalam kegiatan mengajar sehari-hari dapat digunakan sejumlah strategi khusus yang dapat meningkatkan minat, yang meliputi:
a.       Penilaian
Sistem penilaian membuat evaluasi lebih bersifat memberi informasi dari pada mengawasi.Siswa melihat komentar guru, ini bukan merupakan sebuah hadiah atau hukuman untuk mengawasinya, tetapi sebagai informasi yang berguna bagi pembelajaran dikelas.Dengan demikian, motivasi intrinsic dan minat siswa tidak menurun tetapi meningkat.Sehingga dari penjelasan ini dapat diambil kesimpulan bahwa penilaian dapat meningkatkan minat bagi anak didik.
b.      Hadiah
Anak ketika diberi hadiah akan melakukan segala sesuatu untuk memperolehnya, dan itu masalahnya. Cukup banyak penelitian yang menunjukkan bahwa jika perhatian anak terpusat untuk mendapatkan hadiah sebagai alas an untuk melakukan sesuatu, maka motivasi intrinsik anak dan minat anak akan meningkat. Hadiah untuk pekerjaan yang dilaksanakan dengan baik tidak harus berupa materi (intangible). Namun yang terbaik justru berupa senyuman atau anggukan, kata penghargaan, kesempatan untuk menampilkan dan mempersentasikan pekerjaan sendiri, dan pekerjaan tambahan. Jika iklim kelas sedemikian rupa sehingga belajar menjadi menarik dan menyenangkan, pekerjan tambahan dapat merupakan hadiah. Hadiah yang diberikan hendaknya berkaitan erat dengan kegiatannya, misalnya mendeklamasikan sajak yang dibuat, atau membacakan di depan kelas karangan yang di buat dengan baik, sehingga meningkatkan bakat dan minat anak.
c.       Pilihan
Sedapat mungkin guru bisa memberikan kesempatan pilihan untuk anak memilih, misalnya boleh memilih topik karangannya sendiri, atau diperkenankan memilih eksperimen mana yang akan dilakukan dalam pelajaran sains. Minat tidak akan berkembang jika anak hanya dapat melakukan sesuatu dengan satu cara. Sehingga pilihan-pilihan tersebut bisa meningkatkan minat anak dalam menangkap tiap-tiap materi pelajaran yang disampaikan guru.
3.      Pengembangan bakat dan minat anak di masyarakat
Masyarakat seperti diartikan sebagai kumpulan individu dan kelompok yang diikta oleh kesatuan Negara, kebudayaan dan agama. Masyarakat memiliki pengaruh besar dalam memberi arah terhadap pendidikan anak terutama pemimpin dan penguasa. Pemimpin dan penguasa dari masyarakat ikut bertanggung jawab terdapat penyelenggaraan pendidikan. Sehingga tanggung jawab pada hakikatnya merupakan tanggung jawab dari setiap orang dewasa baik perorangan maupun sosial.Sebagaimana Negara-negara yang sudah maju, masyarakat memiliki peranan yang sangat kuat dalam membantu mengembangkan bakat dan minat anak.Bahkan masyarakat sudah melayani siswa dalam menggali dan mengembangkan bakat dan minat.
Dalam pengembangan bakat dan minat anak, dapat melakukan kerjasama dengan masyarakat sebagai bagian dalam proses belajar. Salah satu ciri anak berbakat adalah memiliki minat seperti orang dewasa, mereka peduli terhadap masalah-masalh sosial dan sering menunjukkan idealism yang cukup tinggi. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk memupuk bakat dan minat anak di dalam masyarakat adalah dengan melakukan kegiatan-kegiatan, diantaranya:
a.       Melakukan survei di sekolah atau di dalam masyarakat yang memberikan informasi yang diperlukan untuk mengubah sesuatu.
b.      Membuat halaman sekolah atau taman-taman di kota agar lebih indah, tentu harus disetujui dulu apa yang diartikan dengan lebih indah.
c.       Bekerja dengan kelompok atau perkumpulan di dalam masyarakat untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat bagi lingkungan.
d.      Merencanakan proyek pengumpulan dana untuk kelompok masyakat baru atau sedang mengalami musibah misalnya kebakaran, kebanjiran perpindahan.[39]
Selain itu dengan mengikutkan anak dalam kegiatan pada pendidikan luar sekolah juga sangat membantu. Pendidikan luar sekolah ini seperti sekolah-sekolah kesenian atau sanggar-sanggar, pendidikan pada lembaga ini sangat penting dengan tujuan:
a.       Memberi kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan minatnya dengan bersibuk diri secara kreatif.
b.      Membantu anak untuk menggunakan waktu luang dengan melakukan kegiatan yang menarik baginya dan sekaligus bermanfaat.
c.       Memberi pengalaman kepada orang tua dan pendidik mengenai cara-cara berinteraksi dengan anak yang yang bersifat meningkatkan daya imajinasi dan minat anak.[40]



BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Minat merupakan ketertarikan akan sesuatu objek yang berasal dari hati, bukan karena paksaan dari orang lain. Hal ini menunjukan bahwa minat yang dimilki seseorang merupakan hasil dari proses pemikiran, emosi serta pembelajaran sehingga menimbulkan suatu keinginan untuk mendalami objek atau suatu kegiata tertentu. Oleh karena itu minat pada masing-masing orang bisa berbeda meskipun berada dalam lingkungan yang sama.
Bakat merupakan kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih untuk mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus, misalnya kemampuan berbahasa, bermain musik, melukis, dan lain-lain.
Cara untuk mendeteksi minat dan bakat anak yaitu dengan mengenali karakteristik anak dari berbagai jenis kecerdasan yang menonjol pada diri anak tersebut. Ketika telah mengenali karakteristik anak, kita dapat menstimulasi minat dan bakat anak sesuai kecerdasan yang dimilikinya.

B. Saran-Saran
Perlunya orang tua maupun guru disekolah untuk mendeteksi minat dan bakat anak agar dalam proses belajar atau dikemudian hari bisa bekerja di bidang yang diminatinya dan sesuai dengan kemampuan serta minat dan bakat yang dimilikinya sehingga mereka bisa mengembangkan kapabilitas untuk belajar serta bekerja secara optimal dengan penuh antusias.





DAFTAR PUSTAKA

Abror, Abd Rahman. Psikologi Pendidika. 1989. (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya
Adhim, Mohammad Fauzil. 2004. Membuat Anak Gila Membaca, Bandung: Al-Bayan Mizan
Ahmadi, Abu. 1991. Psikologi Umum, Jakarta: PT. Rineka Cipta
Amstrong, Thomas. 2004. Awaking Your Child’s Natural Genius membangkitkan bakat alami kejeniusan anak anda, Terjemah Margaritifera R.I Nugroho. Batam: Interaksara
An Nahlawi, Abdurrahman. 1995. Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat, Terjmh, Shihabudin. Jakarta: Gema Insani Press
Buchori. 1991. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Aksara Baru
Crow, Lester D dan Alice Crow. 1984. Psikologi Pendidikan. Terj Kasijan. Surabaya: Bina Ilmu
Derajat, Zakiah. 1992. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara
Faramarz bin Muhammad Rahba. 1991. Selamatkan Putra-Putrimu dari Lingkaran Tidak Islami, Terjmh Kamdani. Jakarta: Mitra Pustaka
Hasan, Maimunah. 2001. Mengembangkan Kreativitas Anak Secara Islami Yogyakarta: Bintang Cemerlang
Hurlock, E.B, 1995. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan  Sepanjang Rentang Kehidupan. Alih Bahasa; Istiwidayanti & Soedjarwo, Edisi 5, Jakarta: Erlangga
Ihsan, Fuad. 2001. Dasar-Dasar Kependidikan (Komponen MKDK). Cet. II.  Jakarta: PT.Rineka Cipta
Makmun, Abin Samsudin. 1996. Pengembangan Profesi Dan Kinerja Tenaga Kependidikan. Bandung: PPS IKIP Bandung
Nawawi. 1993. Hadari Pendidikan Dalam Islam. Surabaya: Al-Ikhlas
Nursito. 1999. Menggali Kreativitas, Yogyakarta: Mitra Gamawidya
Prayitno, Irwan. 2002. Membangun Potensi Anak. Jakarta: Pustaka Tarbiatuna
Purwanto, Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosda karya
Sadli, Saparinah. 1991. Intelegensi Bakat dan Test IQ. Jakarta: Gaya Faorite Press
Sardiman A. M, 1988. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta: CV. Rajawali,
Slameto. 1987. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta)
Sobur, Alex. 2003. Psikologi umum dalam lintas sejarah. Bandung: Pustaka Setia
Sukardi, Dewa Ketut dan Desak Made Sumiati, 1993. Kamus Istilah Bimbingan dan Penyuluhan. Surabaya: Usaha Nasional
Sukardi, Dewa Ketut. 1998. Analisis Inventori Minat, Jakarta: Bina Aksara
Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya
Tim Penyusun Kamus Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Usman, Moh. Uzer dan Lilis Setiawati. 2002. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Wahyudi, Tri. 2002. Minat dan Motivasi siswa kelas 1 SMA Muhammadiyah2 Cepu Kabupaten Blora Dalam Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler Olahraga Bolavoli Tahun 2006 (Skripsi), Semarang : PJKR. FIK. UNNES
Zuhairini, dkk, 1991. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara




[1] Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan (Komponen MKDK), (Jakarta: PT.Rineka Cipta, Cet. II, 2001), Hlm.7
[2]Dewa Ketut Sukardi dan Desak Made Sumiati, Kamus Istilah Bimbingan dan Penyuluhan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1993), hlm. 10
[3] Drs. M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007). hlm. 25
[4] Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1989), hlm. 168
[5] Ibid., hlm. 171
[6]Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan…………………., hlm. 160-161.
[7]Tim Penyusun Kamus Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 1990, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, hlm. 583
[8] Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,1987), hlm.35
[9]Abd Rahman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 1989), hlm 135
[10] Sardiman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: CV. Rajawali, 1988), hal. 76
[11] Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1987), hlm. 182
[12] Crow, Lester D dan Alice Crow, Psikologi Pendidikan, Terj Kasijan, (Surabaya: Bina Ilmu, 1984), hlm. 22
[13] Ibid.,
[14] Tri Wahyudi, Minat dan Motivasi siswa kelas 1 SMA Muhammadiyah2 Cepu Kabupaten Blora Dalam Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler Olahraga Bolavoli Tahun 2006 (Skripsi), (Semarang : PJKR. FIK. UNNES, 2002), Hlm. 18
[15] Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991) hlm. 17
[16] Alex Sobur, Psikologi umum dalam lintas sejarah, (Bandung, Pustaka Setia, 2003), hlm. 191
[17] Ibid., hlm. 389
[18] Abin Samsudin Makmun, Pengembangan Profesi Dan Kinerja Tenaga Kependidikan, (Bandung: PPS IKIP Bandung. 1996)
[19] Buchori, Psikologi Pendidikan. (Jakarta. PT. Aksara Baru, 1991), hlm. 136
[20] Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan,…………………………, hlm. 174-175
[22] Dewa Ketut Sukardi, Analisis Inventori Minat, (Jakarta: Bina Aksara, 1998), hlm. 64
[23] Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 4.
[24] Hurlock, E.B, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan  Sepanjang Rentang Kehidupan, Alih Bahasa; Istiwidayanti & Soedjarwo, Edisi 5, (Jakarta: Erlangga, 1995), hlm. 117
[25]Zakiah Derajat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1992) hlm. 196.
[26]Thomas Amstrong, Awaking Your Child’s Natural Genius membangkitkan bakat alami kejeniusan anak anda, Terjemah Margaritifera R.I Nugroho (Batam: Interaksara, 2004), hlm. 60.
[27] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya), hlm. 157.
[28] Maimunah Hasan, Mengembangkan Kreativitas Anak Secara Islami (Yogyakarta: Bintang Cemerlang, 2001), hlm. 81.
[29] Mohammad Fauzil Adhim, Membuat Anak Gila Membaca, (Bandung: Al-Bayan Mizan, 2004), hlm 195.
[30] Saparinah Sadli, Intelegensi Bakat dan Test IQ (Jakarta: Gaya Faorite Press, 1991), 74.
[31]Thomas Amstrong, Awaking Your Child’s Natural Genius…………………………hlm. 60.
[32]Irwan Prayitno, Membangun Potensi Anak, (Jakarta: Pustaka Tarbiatuna, 2002), hlm. 60.
[33]Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm. 64.
[34]Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat, Terjmh, Shihabudin (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), hlm. 152.
[35]Nursito, Menggali Kreativitas, (Yogyakarta: Mitra Gamawidya,1999), hlm. 33.
[36]Ibid,.hlm. 35.
[37]Faramarz bin Muhammad Rahba, Selamatkan Putra-Putrimu dari Lingkaran Tidak Islami, Terjmh Kamdani, (Jakarta: Mitra Pustaka, 1991), hlm. 64.
[38]Ibid,.hlm. 21.
[39] Hadari Nawawi, Pendidikan Dalam Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), hlm. 191.
[40] Ibid,.hlm. 194.

0 komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Blogger templates