Sebaik-baik Kalian adalah yang Belajar Al-Qur'an dan Mengamalkannya

Selasa, 27 September 2016

MAKALAH COOPERATIVE LEARNING


Kelompok 2
COOPERATIVE LEARNING
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah strategi belajar mengajar PAI

Disusun oleh:
Ais istiana                   :1011010271
Dian eka saputra       :1011010214
Nur halimah              :1011010227
Yuni endri syaputri   :1011010151

FAKJUR/SMSTR/   :Tarbiyah/PAI/V
Dosen pengampu: Dr. Agus Pahrudin, M.Pd




FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) RADEN INTAN
BANDAR LAMPUNG
2012




BAB I
PENDAHULUAN

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling kerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas kerja bersama menyelesaikan tugas tugas akademik, siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah, jadi memperoleh bantuan khusus dari teman sebaya, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Dalam proses tutorial ini, siswa kelompok atas akan meningkat kemapuan akademiknya karena memberi pelayanan sebagai tutor rnembutuhkan pemikiran lebih dalam tentang hubungan ide-ide yang terdapat di dalam materi tertentu. 
Tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif adalah untuk rnengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat di mana banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung sama lain dan di mana masyarakat secara budaya semakin beragam. Sementara itu, banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial. Situasi ini dibuktikan dengan begitu sering pertikaian kecil antara individu dapat mengakibatkan tindak kekerasan atau betapa sering orang menyatakan ketidakpuasan pada saat diminta untuk berada dalarn situasi kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja. Namun siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan, kerja dan tugas.

BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Pembelajaran Kooperatif Learning
Belajar kooperatif (Cooperatif Learning) adalah metode belajar mengajar yang didesain untuk mengembangkan kerjasama dan tanggung jawab siswa. Metode ini dirancang untuk mengurangi persaingan yang banyak ditemui di kelas dan cenderung mengarah pada pola “kalah dan menang”. Definisi di atas menjelaskan bahwa belajar kooperatif merupakan model pembelajaran yang menekankan adanya kerjasama antara siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan belajar. Lebih lanjut Watson menyatakan bahwa Cooperatif learning (belajar kelompok) merupakan suatu lingkungan belajar di kelas, di mana para siswa   bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang mempunyai kemampuan yang berbeda-beda untuk mencapai suatu tujuan umum.[1]
Belajar kelompok merupakan pendekatan yang dilakukan agar siswa dapat bekerja sama dengan yang lain untuk memahami kebermaknaan isi pelajaran dan bekerja sama secara aktif dalam menyelesaikan tugas. Pengelompokkan siswa secara heterogen dimaksudkan untuk mengembangkan penerimaan siswa terhadap keragaman dan keterampilan sosial. Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai paling tidak 3 tujuan pembelajaran yaitu hasil belajar, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial melalui anggota kelompoknya baik kemampuan akademik, jenis kelamin, usia, latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya.[2] Para siswa juga diharapkan menerima keragaman tersebut dan memaksimalkan kerja sama kelompok, sehingga masing-masing anggota kelompok siap menghadapi tes dan hasil belajar akan tercapai dengan optimal.
Kerjasama kelompok dalam pembelajaran kooperatif dapat digambarkan seperti dua orang atau lebih yang sedang mengangkat balok kayu. Jika salah satu saja melepaskan pegangannya maka keseimbangan akan berubah. Keseimbangan yang terjadi dapat mengakibatkan balok kayu tersebut lepas dan kemudian jatuh.
Selain itu ada kelebihan heterogen dalam metode belajar kooperatif yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling mengajar (Peer Tutoring) dan meningkatkan interaksi serta memudahkan guru dalam mengelola kelas.[3] Melalui belejar kelompok, secara khusus siswa berperan sebagai sumber belajar antara satu dengan yang lain, berbagi dan mengumpulkan informasi serta saling membantu untuk mencapai keberhasilan bersama. Dengan kata lain siswa sebagai tutor sebaya bagi kelompoknya, sebab kecenderungan bahwa siswa lebih mudah menerima dan memahami informasi dari teman sebayanya. Menurut Arikunto adakalanya siswa lebih mudah memperoleh keterangan dari teman sebayanya karena malu untuk bertanya kepada guru.[4] Roger dan David Johnson dalam Lie menyatakan bahwa “tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning”. Menurutnya untuk mencapai hasil yang maksimal ada 5 unsur model pembelajaran yang harus diterapkan, yaitu: (1) saling ketergantungan positif, (2) tanggung jawab perseorangan; (3) tatap muka; (4) komunikasi pada anggota; dan (5) evaluasi kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif setiap anggota kelompok saling bekerja sama menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan bersama. Adanya kerjasama kelompok menunjukkan bahwa keberhasilan kelompok ditentukan oleh hasil belajar bersama dalam kelompok, sehingga dalam satu kelompok terjadi ketergantungan positif. Selain itu setiap anggota kelompok bertanggung jawab perseorangan, maka setiap anggota kelompok berkesempatan memberi kontribusi bagi kesuksesan kelompoknya.[5]
Setiap kegiatan pembelajaran termasuk kegiatan dalam pembelajaran kooperatif selalu melibatkan interaksi (tatap muka) dan komunikasi antara gutu dan siswa. Interaksi yang terjadia diantara anggota kelompok membantu siswa meningkatkan pemahaman suatu konsep sebab siswa lebih mudah berkomunikasi dengan teman sebayanya melalui bahasa yang sederhana dan mudah dipahami bila dibandingkan berkomunikasi dengan guru. Interaksi dan komunikasi yang muncul dalam pembelajaran diharapkan berjalan secara multi arah (guru-siswa, siswa-siswa).
Kegiatan pembelajaran selalu diakhiri dengan evaluasi, tujuannya adalah untuk mengatur ketercapaian tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif menekankan evaluasi kelompok yang berarti keberhasilan siswa mencapai tujuan belajar sangat tergantung pada hasil belajar kelompok.[6] Kelompok yang memperoleh skor tertinggi berhak memperoleh penghargaan. Mbulu menyebutkan bahwa dalam setiap pembelajaran, siswa harus merasakan bahwa aktivitas yang dilakukannya memperoleh sukses. Setiap sukses yang diperoleh merupakan reinforcement yang memacu aktivitas belajar menjadi lebih kuat untuk memperoleh sukses berikutnya. Kesuksesan suatu pembelajaran dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar. Jadi dengan memberikan penghargaan, maka siswa akan lebih termotivasi untuk meningkatkan hasil belajarnya.
Selain itu pembelajaran kooperatif juga membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruang kelas dan membutuhkan perabot yang bisa dipindahkan. Pengaturan model cluster dan swing adalah dua contoh pengaturan ruang kelas yang cocok digunakan dalam pembelajaran kooperatif.[7]
Menurut Noornia terdapat banyak model pembelajaraan kooperatif yang berhasil dikembangkan peneliti-peneliti pendidikan dan telah diterapkan pada beragam materi pembelajaran diantaranya adalah:[8]

1.     Student Teams Achievement Divisions ( STAD ) ( Tim Siswa Kelompok Prestasi ) dari Slavin ( 1995 )
STAD (Student Teams-Achievement Divisions) merupakan pembelajaran kooperatif yang menekankan pada kerja sama kelompok dan tanggung jawab kelompok untuk mencapai ketuntasan belajar dengan melibatkan peran tutor sebaya. Pembelajaran kooperatif STAD dikembangkan oleh Robert Slavin, dan merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Sehingga tipe ini dapat digunakan oleh guru-guru yang baru mulai menggunakan model pembelajaran kooperatif. STAD terdiri dari beberapa kegiatan pengajaran sebagai berikut:
a.       Mengajar: Mempresentasikan pelajaran
b.      Belajar dalam tim: Siswa bekerja dalam tim mereka dengan dipandu oleh lembar kegiatan siswa untuk menuntaskan materi pelajaran.
c.       Tes: Siswa mengerjakan kuis atau tugas lain secara individual (misalnya tes essei atau kinerja)
d.      Penghargaan tim: Skor tim dihitung berdasarkan skor peningkatan anggota tim, dan , laporan berkala kelas, atau papan pengumuman digunakan untuk memberi penghargaan kepada tim yang berhasil mencetak skor tertinggi.
  1. Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll)
  2. Guru menyajikan pelajaran
  3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
  4. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu
  5. Memberi evaluasi
  6. Kesimpulan
2.    Jigsaw ( Model Tim Ahli ) dari Aronson,Blaney, Stephen, Sikes,dan Snapp ( 1978 )
JIGSAW merupakan pembelajaran kooperatif yang anggota kelompoknya diberi tugas berbeda satu dengan yang lainnya dari sebuah tema yang dibahas, kemudian tes diberikan secara menyeluruh agar semua kelompok mengetahui semua pokok bahasan.
  1. Siswa dikelompokkan ke dalam = 4 anggota tim
  2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
  3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
  4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
  5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh
  6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
  7. Guru memberi evaluasi
  8. Penutup 

3.    Team Games Tournament ( TGT )
Teams-Games Tournament (TGT) merupakan bentuk pembelajaran kooperatif dimana setelah siswa belajar secara individual, untuk selanjutnya dalam kelompok masing-masing anggota kelompok mengadakan turnamen atau lomba dengan anggota kelompok lainnya sesuai dengan tingkat kemampuannya.
  1. Mengajar: Guru menyampaikan materi
  2. Belajar kelompok: siswa belajar dengan menggunakan lembar kerja dalam kelompok untuk menguasai materi.
  3. Turnamen: siswa memainkan pertandingan akademik dalam regu yang berkemampuan homogen, masing-masing meja turnamen berisi 3 anggota.
  4. Penghargaan kelompok: skor kelompok dihitung berdasarkan skor anggota kelompok turnamen, dan kelompok baru diakui bila dapat melampaui kriteria minimal.
4.      Investigation Group
Investigation Group merupakan suatu pembelajaran kooperatif di mana semua anggotanya dituntut untuk merencanakan apa yang diteliti dan bersama-sama kelompok membuat rencana pemecahannya. merupakan model pembelajaran kooperatif yang lebih kompleks dari tipe kooperatif sebelumnya, dan agak sulit diterapkan. Model ini pertama kali dikembangkan oleh Thelan dan diperluas oleh Sharan. Tipe ini memerlukan guru untuk mengejarkan keterampilan komunikasi dan proses kelompok yang baik. Dalam penerapannya, siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih itu. Selanjutnya menyiapkan laporan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.
Ada enam langkah Investigation Group seperti berikut:
1.      Pemilihan topik: siswa memilih subtopik khusus dalam suatu masalah umum yang biasanya ditetapkan oleh guru.
2.      Perencanaan kooperatif: siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, dan tujuan khusus yang konsisten dengan subtopik yang telah dipilih.
3.      Implementasi: siswa menerapkan rencana yang telah mereka tetapkan pada tahap kedua. Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan menawarkan bantuan bila diperlukan.
4.      Analisis dan sintesis: siswa menganalisis dan mengevaluasi informasi yang diperoleh pada tahap ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan mempersiapkan presentasi di depan kelas.
5.      Presentasi hasil final: beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya, dengan tujuan agar semua siswa mengetahui topik. Presentasi ini dikoordinasikan oleh guru.
6.      Evaluasi: dalam hal kelompok-kelompok menangani aspek yang berbeda dari topik yang sama, siswa dan guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat berupa individual atau kelompok.
C.    Prinsip Dasar Dan Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif Learning
Prinsip Dasar Dan Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif menurut Nur, prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut:[9]
1.        Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
2.         Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota
3.         kelompok mempunyai tujuan yang sama.
4.        Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
5.         Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
6.        Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
7.        Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Sedangkan ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:[10]
1.      Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
2.      Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.
3.      Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu.

D.    Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Learning
Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain.nSebagai metode pembelajaran tentunya pembelajaran kooperatif juga mempunyai kelebihan dan kelemahan. Beberapa ahli menegaskan dari hasil penelitian menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif mempunyai kelebihan sebagai berikut:[11]
1.      Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas
2.      Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu
3.      Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam
4.      Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan siswa (student center)
5.      Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain
6.      Rasa harga diri lebih tinggi
7.      Memperbaiki sikap terhadap IPS dan sekolah
8.      Memperbaiki kehadiran motivasi belajar tinggi
9.      Motivasi berlajar tinggi
10.  Hasil belajar lebih tinggi
11.  Retensi lebih lama
12.  Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
Sedangkan Sudjana menyatakan beberapa kelemahan pembelajaran kooperatif adalah:[12]
1.      Bagi guru
a.    Sulitnya mengelompokkan siswa yang mempunyai kemampuan haterogen dari segi prestasi akademis
b.    Waktunya yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga siswa melewati waktu yang sudah ditetapkan
2.      Bagi siswa
Masih adanya siswa berkemampuan tinggi yang mempunyai kesempatan untuk memberi penjelasan kepada siswa lain kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan. Melalui model pembelajaran kooperatif ini diharapkan siswa memiliki kepekaan dalam berkomunikasi dengan orang lain, seperti empati dan respek terhadap jawaban atau pertanyaan diajukan oleh siswa lain. Guru harus terfokus pada kecakapan komunikasi, bukan topik masalah yang dikemukakannya melainkan siswa diberi kesempatan yang sama untuk melatih kecakapan komunikasinya dalam bentuk pertanyaan kepada siswa lain dalam satu kelompok guna menghidupkan suasana pembelajaran kooperatif.

  

BAB III
KESIMPULAN

Model pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan pengajaran langsung. Di sampingmodel pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Jadi pola belajar kelompok dengan cara kerjasama antar siswa dapat mendorong timbulnya gagasan yang lebih bermutu dan meningkatkan kreativitas siswa, pembelajaran juga dapat mempertahankan nilai sosial bangsa Indonesia yang perlu dipertahankan. Ketergantungan timbal balik mereka memotivasi mereka untuk dapat bekerja lebih keras untuk keberhasilan mereka, hubungan kooperatif juga mendorong siswa untuk menghargai gagasan temannya bukan sebaliknya.
Ada beberapa model pembelajaran kooperative learning, diantaranya adalah:
a.       STAD (Student Teams-Achievement Divisions)
b.      JIGSAW
c.       Teams-Games Tournament (TGT)
d.      Investigation Group
Jadi, pembelajaran kooperatif mencerminkan pandangan bahwa manusia belajar dari pengalaman mereka dan partisipasi aktif dalam kelompok kecil membantu siswa belajar keterampilan sosial yang penting, sementara itu secara bersamaan mengembangkan sikap demokrasi dan keterampilan berpikir logis.







DAFTAR PUSTAKA
.
Jhoni T. Raka. 1980. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:P3G.

Nasution. 1989. Kurikulum dan pengajaran. Bandung: Bina Aksara.

Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo.

DEPDIKNAS, 2002. Cooperative Learning. Jakarta

Wina sanjya. 2004. Pengembangan Model Pembelajaran Metode Klinis Bagi Peningkatan Kemampuan Berfikir Siswa. Bandung: San Grafika,

Lie Anita. 2005. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.

Komalasari Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT Refika Aditama.

Wina sanjaya. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikn. Jakarta: kencana.
















[1] Gulo, W. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo. 2002. Hlm. 102
[3] Lie Anita. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo. 2005. Hlm. 49
[4]Nasution. Kurikulum dan pengajaran. Bandung: Bina Aksara. 1989. Hlm. 62
[5] Op.Cit., Coopertive learning
[6] Komalasari Kokom. Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT Refika Aditama. 2010. Hlm. 73
[7] DEPDIKNAS, Cooperative Learning. Jakarta.2002. Hlm 121
[8] Wina sanjya. Pengembangan Model Pembelajaran Metode Klinis Bagi Peningkatan Kemampuan Berfikir Siswa. Bandung: San Grafika, 2004. Hlm: 56-83
[9] Jhoni T. Raka, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:P3G. 1980. Hlm: 41
[10] Ibid.hlm 43
[11] http://hayardin-blog.blogspot.com/2012/03/model-pembelajaran-kooperatif.
[12] Wina sanjaya. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikn. Jakarta: kencana. 2011. Hlm: 244

0 komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Blogger templates