BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan dan tuntutan masyarakat modern Salah satu ciri masyarakat modern adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik (improvement oriented). Hal ini tentu saja menyangkut berbagai bidang, tidak terkecuali bidang pendidikan. Kalangan pendidik menyadari bahwa peserta didik memiliki bermacam cara belajar.[1]
Komponen yang melekat pada pendidikan diantaranya adalah kurikulum, guru dan siswa. Dalam proses pembelajaran keberadaan guru sangatlah urgen, karena guru yang menentukan, apakah tujuan pembelajaran tercapai atau tidak?, bagaimana kompetensi siswa ?Hasil studi menyebutkan bahwa meski adanya peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, namum pembelajaran dan pemahaman siswa di tingkat dasar termasuk Madrasah Ibtidaiyah pada beberapa materi pelajaran menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Pembelajaran di tingkat sekolah dasar atau Madrasah Ibtidaiyah cenderung text book oriented dan kurang terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa. Pembelajaran konsep cenderung abstrak dan dengan metode ceramah, sehingga konsep-konsep akademik kurang bisa atau sulit dipahami. Sementara itu kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang memperhatikan kemampuan berpikir siswa, atau dengan kata lain tidak melakukan pengajaran bermakna, metode yang digunakan kurang bervariasi, dan sebagai akibat motivasi belajar siswa menjadi sulit ditumbuhkan dan pola belajar cenderung menghafal dan mekanistis.
Menurut pendapat oleh Peter Sheal sesuai dengan “Kerucut Pengalaman Belajar” Dia menyatakan (hasil penelitian) bahwa peserta didik yang hanya mengandalkan “penglihatan” dan “pendengaran” dalam proses pembelajarannya akan memperoleh daya serap kurang dari 50%. Di sisi lain, dalam melaksanakan proses belajar mengajar, kurang dari 20% guru yang menggunakan alat bantu pembelajaran. Kurang dari 30% guru yang selalu mengkaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga wajar apabila evaluasi hasil belajar hasilnya belum seperti yang di harapkan.
Dampak lain dari proses pembelajaran tersebut adalah siswa lebih sering menonton gurunya mengajar dari pada memperhatikan guru mengajar. Sehingga guru yang “lucu” apalagi memberi nilai “murah” akan menjadi favorit para siswa. Akankah hal seperti ini kita biarkan atau bahkan dipertahankan? Atau kita akan mendobrak dengan langkah baru? Apa yang kita lakukan dalam menyikapi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) itu akan menentukan siapa diri kita sebenarnya. Apakah kita termasuk penganut status quo atau menjadi agent of change? Guru yang ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik, memang bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan.
Mencermati hal tersebut di atas, perlu adanya perubahan dan pembaharuan, inovasi ataupun gerakan perubahan mind set kearah pencapaian tujuan pendidikan pada umumnya dan khususnya tujuan pembelajaran. Pembelajaran matematika hendaknya lebih bervariasi metode maupun strateginya guna mengoptimalkan potensi siswa. Upaya-upaya guru dalam mengatur dan memberdayakan berbagai variabel pembelajaran, merupakan bagian penting dalam keberhasilan siswa mencapai tujuan yang direncanakan. Karena itu pemilihan metode, strategi dan pendekatan dalam mendesain model pembelajaran yang berguna dalam mencapai iklim PAKEM ( Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan ) adalah tuntutan yang harus diupayakan oleh guru.
Keanekaragaman model pembelajaran yang hendak di sampaikan pada makalah ini merupakan upaya bagaimana menyediakan berbagai alternatif dalam strategi pembelajaran yang hendak disampaikan agar selaras dengan tingkat perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik. Ini berarti tidak ada model pembelajaran yang paling baik, atau model pembelajaran yang satu lebih baik dari model pembelajaran yang lain. Baik tidaknya suatu model pembelajaran atau pemilihan suatu model pembelajaran akan tergantung pada tujuan pembelajaran, kesesuaian dengan materi yang hendak disampaikan, perkembangan peserta didik, dan juga kemampuan guru dalam mengelola dan memberdayakan semua sumber belajar yang ada.
Dalam makalah ini, penulis lebih spesifik pada lima metode pembelajaran, yaitu: Metode proyek, metode eksperimen, metode tugas (resitasi), metode diskusi, dan metode sosiodrama.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembelajaran
Istilah model pembelajaran amat dekat dengan pengertian strategi pembelajaran dan dibedakan dari istilah strategi, pendekatan dan metode pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu strategi, metode, dan teknik. Sedangkan istilah “strategi “ awal mulanya dikenal dalam dunia militer terutama terkait dengan perang atau dunia olah raga, namun demikian makna tersebut meluas tidak hanya ada pada dunia militer atau olahraga saja akan tetapi bidang ekonomi, sosial, pendidikan. Menurut Ruseffendi istilah strategi, metode, pendekatan dan teknik mendefinisikan sebagai berikut :
1. Strategi pembelajaran adalah separangkat kebijaksanaan yang terpilih, yang telah dikaitkan dengan faktor yang menetukan warna atau strategi tersebut, yaitu :
a. Pemilihan materi pelajaran (guru atau siswa)
b. Penyaji materi pelajaran (perorangan atau kelompok, atau belajar mandiri)
c. Cara menyajikan materi pelajaran (induktif atau deduktif, analitis atau sintesis, formal atau non formal)
d. Sasaran penerima materi pelajaran ( kelompok, perorangan, heterogen, atau homogen.
2. Pendekatan Pembelajaran adalah jalan atau arah yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dilihat bagaimana materi itu disajikan. Misalnya memahami suatu prinsip dengan pendekatan induktif atau deduktif.
3. Metode Pembelajaran adalah cara mengajar secara umum yang dapat diterapkan pada semua mata pelajaran, misalnya mengajar dengan ceramah, ekspositori, tanya jawab, penemuan terbimbing dan sebagainya.
4. Teknik mengajar adalah penerapan secara khusus suatu metode pembelajaran yang telah disesuaikan dengan kemampuan dan kebiasaan guru, ketersediaan media pembelajaran serta kesiapan siswa. Misalnya teknik mengajarkan perkalian dengan penjumlahan berulang.
Sedangkan Model Pembelajaran adalah sebagai suatu disain yang menggambakan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian strategi (1) ilmu dan seni menggunakan sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam dan perang damai, (2) rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.
Soedjadi menyebutkan strategi pembelajaran adalah suatu siasat melakukan kegiatan pembelajaran yang bertujuan mengubah keadaan pembelajaran menjadi pembelajaran yang diharapkan. Untuk dapat mengubah keadaan itu dapat ditempuh dengan berbagai pendekatan pembelajaran. Lebih lanjut Soedjadi menyebutkan bahwa dalam satu pendekatan dapat dilakukan lebih dari satu metode dan dalam satu metode dapat digunakan lebih dari satu teknik.
Istilah “ model pembelajaran” berbeda dengan strategi pembelajaran, metode pembelajaran, dan pendekatan pembelajaran. Model pembelajaran meliputi suatu model pembelajaran yang luas dan menyuluruh. Konsep model pembelajaran lahir dan berkembang dari pakar psikologi dengan pendekatan dalam setting eksperimen yang dilakukan.
Lebih lanjut Ismail menyatakan istilah Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu yaitu :
a. rasional teoritik yang logis disusun oleh perancangnya,
b. tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
c. tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil dan
d. lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
B. Macam-Macam Metode Pembelajaran
- Metode proyek
Metode ini berangkat dari pemikiran Jhon Dewey tentang metode pemecahan masalah dan dikembangkan oleh Kilpatrick dalam bentuk metode proyek. Istilah proyek telah dipakai dalam latihan kerja tangan pada awal 1920, dan menunjuk pada setiap masalah praktis yang melibatkan penggunaan fisik untuk menghasilkan suatu produk. Metode proyek dipergunakannya sebagai metode pemecahan masalah oleh banyak guru, yang lebih ditekankan dalam pembelajaran dengan menggunakan cara-cara yang konvensional. Untuk lebih memantapkan pengetahuan yang telah diajarkan, pengetahuan tersebut hendanknya diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan kata lain, siswa diminta untuk menghubungkan sebanyak mungkin pengetahuan yang diperolehnya. Metode yang hal-hal itu adalah metode proyek. Adapun yang dimaksud dengan metode proyek ialah salah satu cara pemberian pengalaman belajar dengan menghadapakan anak dengan persoalan sehari- hari yang harus dipecahkan secara berkelompok.
Menurut hasil penelitian terdapat hubungan yang erat antara proses memperoleh pengalaman yang sebenarnya dengan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan bagi anak didik harus diintegrasikan dengan lingkungan kehidupan anak yang banyak menghadapkan anak dengan pengalaman langsung. Metode proyek ini juga memungkinkan peserta didik memperluas wawasan pengetahuannya dalam bidang studi tertentu, memungkinkan minat peserta didik tersalurkan, peserta didik dilatih menelaah dan memandangsuatu materi pelajaran dalam konteks yang lebih luas. Prinsip dalam metode proyek adalah membahas sesuatu tema ditinjau dari berbagai bidang studi sehingga terbentuk suatu kaitan yang serasi dan logis antara pokok bahasans ebagai bidang study.[2]
- Metode eksperimen
Metode Eksperimen ialah suatu metode mengajar yang di lakukan murid untuk melakukan percobaan-percobaan pada mata pelajaran tertentu.Sedangkan menurut Zakiyah Daradjat Metode Eksperimen adalah metode percobaan yang biasanya di lakuka dalam mata pelajaran tertentu. Sedangkan menurut Departeman Agama memberi definisi bahwa Metode Eksperimen adalah peraktek pengajaran yan melibatkan anak didik pada pekerjaan akademis, latihan dan pemecahanmasalah atau topik seperti: shalat, puasa, haji, pembangunan masarakat dan lain-lainnya.
Adapun target Metode Eksperimen adalah:
a. Murid dapat membuktikan kebenaran riil dari teori-teori hukum yang berlaku.
b. Diharapkan dengan metode ini murit dapat kepuasan dari hasil belajarnya.
Langkah-langkah metode eksperimen
a. Menerangkan Metode Eksperimen
b. Membicarakan terlebih dahulu permasalahan yang seknifikasi untuk di angkat.
c. Sebelum guru menetapkan alat yang di perlukan langkah-langkah apa saja yang harus dicatatdan variebel-variebel apa yang harus di control.
d. Setelah eksperimen di lakukan guru harus mengumpulkan laporan, memproses kegiatan, danmengadakan tes untuk menguji pemahaman murid.
Kelebihan Metode Eksperimen
a. Menambah keaktifan untuk berbuat dan memecahkan sendiri sebuah permasalahan.
b. Dapat melaksanakan metode ilmiah dengan baik.
Kekurangan Metode eksperimen.
a. Tidak semua mata pelajaran dapat menggunakan metode ini
b. Murid yang kurang mempunyai daya intelektual yang kuat kurang baik hasilnya.
- Metode tugas (resitasi)
Menurut Syaiful Bahri, Djamarah dan Aswan Zain metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Sedangkan menurut Mulyani Sumantri dkk mengemukakan bahwa “Metode pemberian tugas atau penugasan diartikan sebagai suatu cara interaksi belajar mengajar yang ditandai dengan adanya tugas dari guru untuk dikerjakan peserta didik di sekolah ataupun di rumah secara perorangan atau berkelompok”. Pengertian metode penugasan/resitasi adalah cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.[3]
Langkah-langkah yang harus diikuti dalam penggunaan metode, Menurut Djamarah Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan:
a. Tujuan yang akan dicapai
b. Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan tersebut.
c. Sesuai dengan kemampuan siswa
d. Ada petunjuk/sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut.
Langkah pelaksanaan tugas
a. Diberikan bimbingan/pengawasan oleh guru
b. Diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja
c. Diusahakan/dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain
d. Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan baik dan sistematik.
Kekurangan dari Metode Resitasi
a. Siswa sulit dikontrol, apa benar mengerjakan tugas ataukan orang lain
b. Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa.
c. Sering memberikan tugas yang monoton, sehingga membosankan
Metode pembelajaran diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat.
Menurut Mc. Keachie-Kulik dari hasil penelitiannya, dibanding metode ceramah, metode diskusi dapat meningkatkan anak dalam pemahaman konsep dan keterampilan memecahkan masalah. Tetapi dalam transformasi pengetahuan, penggunaan metode diskusi hasilnya lambat dibanding penggunaan ceramah. Sehingga metode ceramah lebih efektif untuk meningkatkan kuantitas pengetahuan anak dari pada metode diskusi.[4]
Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Atau Metode diskusi adalah suatu cara mengajar yang dicirikan oleh suatu keterikatan pada suatu topik atau pokok pernyataan atau problem dimana para peserta diskusi dengan jujur berusaha untuk mencapai atau memperoleh suatu keputusan atau pendapat yang disepakati bersama. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan.
Metode diskusi menghasilkan keterlibatan murid karena meminta mereka menafsirkan pelajaran. Dengan demikian para murid tidak akan memperoleh pengetahuan tanpa mengambilnya untuk dirinya sendiri. Diskusi membantu agar pelajaran dikembangkan terus-menerus atau disusun berangsur-angsur dan merangsang semangat bertanya dan minat perorangan. Tidak ada cara lain yang lebih sesuai untuk menjamin pengungkapan perorangan atau penerapan pelajaran. Metode diskusi tidak sekedar perdebatan antar murid atau perdebatan antara guru dan murid. Juga diskusi tidak hanya terdiri dari mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan menerima jawabannya. Diskusi ialah usaha seluruh kelas untuk mencapai pengertian di suatu bidang, memperoleh pemecahan bagi sesuatu masalah, menjelaskan sebuah ide, atau menentukan tindakan yang akan diambil. Para murid akan segera merasa apakah guru mengajukan diskusi yang sejati atau hanya memberi kesempatan beberapa orang murid mengemukakan pendapat mereka sebelum ia sendiri memberi jawaban yang menentukan. Agar diskusi bisa produktif harus ada suasana keramahan dan keterbukaan. Diskusi yang bermanfaat didasarkan atas rasa saling menghormati pendapat setiap orang yang hadir. Pemimpin diskusi dengan ikhlas mengajak yang lain untuk ikut serta dalam suatu usaha bersama.
Adapun kelebihan metode diskusi sebagai berikut:
a. Mendidik siswa untuk belajar mengemukakan pikiran atau pendapat.
b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh penjelasan-penjelasan dari berbagai sumber data.
b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati pembaharuan suatu problem bersama-sama.
c. Melatih siswa untuk berdiskusi di bawah asuhan guru.
d. Merangsang siswa untuk ikut mengemukakan pendapat sendiri, menyetujui atau menentang pendapat teman-temannya.
e. Membina suatu perasaan tanggung jawab mengenai suatu pendapat, kesimpulan, atau keputusan yang akan atau telah diambil.
f. Mengembangkan rasa solidaritas/toleransi terhadap pendapat yang bervariasi atau mungkin bertentangan sama sekali.
g. Membina siswa untuk berpikir matang-matang sebelum berbicara.
h. Berdiskusi bukan hanya menuntut pengetahuan, siap dan kefasihan berbicara saja tetapi juga menuntut kemampuan berbicara secara sistematis dan logis
i. Dengan mendengarkan semua keterangan yang dikemukakan oleh pembicara, pengetahuan dan pandangan siswa mengenai suatu problem akan bertambah luas.
Kelemahan Metode Diskusi Kelemahan metode diskusi sebagai berikut:
a. Tidak semua topik dapat dijadikan metode diskusi hanya hal-hal yang bersifat problematis saja yang dapat didiskusikan.
b. Diskusi yang mendalam memerlukan banyak waktu.
c. Sulit untuk menentukan batas luas atau kedalaman suatu uraian diskusi.
d. Biasanya tidak semua siswa berani menyatakan pendapat sehingga waktu akan terbuang karena menunggu siswa mengemukakan pendapat.
e. Pembicaraan dalam diskusi mungkin didominasi oleh siswa yang berani dan telah biasa berbicara. Siswa pemalu dan pendiam tidak akan menggunakan kesempatan untuk berbicara.
f. Memungkinkan timbulnya rasa permusuhan antarkelompok atau menganggap kelompoknya sendiri lebih pandai dan serba tahu daripada kelompok lain atau menganggap kelompok lain sebagai saingan, lebih rendah, remeh atau lebih bodoh.[5]
- Metode sosiodrama
Sosiodrama berasal dari kata : sosio dan drama. Sosio berarti sosial yaitu masyarakat, dan drama berarti mempertunjukkan, mempertontonkan atau memperlihatkan.Sosial atau masyarakat terdiri dari manusia yang satu lain terjalin hubungan yang dikatakan hubungan sosial. Drama dalam pengertian luas adalah mempertunjukkan atau mempertontonkan keadaan atau peristiwa-peristiwa yang dialami orang, sifat dan tingkah laku orang. Metode sosiodrama berarti cara menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan atau mempertontonkan atau mendemontrasikan cara tingkah laku dalam hubungan sosial.[6] Metode sosiodrama adalah suatu metode mengajar dimana guru memberikan kesempatan kepada murit untuk melakukan suatu kegiatan memainkan peran tertentu seperti yang terdapat dalam kehidupan masyarakat (social). [7]
Dari pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa metode sosiodrama adalah salah satu bentuk metode belajar mengajar dengan jalan mendramakan memerankan sebuah dialog. Prinsip dasar metode ini terdapat dalam ayat Alquran, tepatnya pada surat Al-Maidah (5) ayat : 27 yang menceritakan drama yang sangat mengesankan antara Habil dan Qabil. Firman Allah SWT, Artinya: Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang Sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). ia Berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah Hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa".
Pada ayat tersebut memberikan gambaran yang jelas, bagaimana lakon yang dikerjakan oleh Qabil yang dapat memberikan kesan yang mendalam sehingga menyesali perbuatannya, karena melihat secara langsung perbuatan dirinya sendiri dan seekor burung gagak.
Tujuan Sosiodrama
a. Agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain.
b. Dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab.
c. Dapat belajar bagimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok secara spontan.
d. Merangsang kelas unuk berfikir dan memecahkan masalah.
Keuntungan metode Sosiodrama
a. Melatih anak untuk mendramatisasikan sesuatu serta melatih keberaniaan.
b. Metode ini akan lebih menarik perhatiaan anak, sehingga suasana kelas lebih hidup.
c. Anak – anak lebih menghayati suatu peristiwa, sehinngga mudah mengambil kesimpulan berdasarkan penghayatannya sendiri.
d. Penyaluran perasaan atau keinginan – keinginan yang terpendam karena memperoleh kesempatan untuk belajar untuk mengekspresikan (mencurahkan) penghayatan mereka mengenai suatu problem di depan orang banyak.
e. Untuk mengajar anak supaya ia bisa menempatkan dirinya diantara orang lain.
Kelemahan Metode sosiodrama
a. Situasi social yang diciptakan dalam suatu lakon tertentu, memiliki kekurangan kualitas emosional dengan situasi social sebenarnya.
b. Sukar untuk memilih anak-anak yang berwatak cemerlang untuk memecahkan masalah.
c. Perbedaan adat istiadat, kebiasaan dalam masyarakat akan mempersulit pengaplikasian metode ini.
d. Kadang-kadang anak tidak mau memerankan sesuatu adegan karena malu.
e. Metode ini memerlukan waktu yang cukup panjang.
f. Anak-anak yang tidak mendapat giliran akan pasif.
Langkah – Langkah Pelaksanaan Sosiodrama
a. Menentukan secara pasti situasi masalah
b. Menentukan pelaku atau pemeran
c. Permainan sosiodrama atau pelaku
d. Menghentikan peragaan setelah mencapai klimaks
e. Menganalisa dan membahas permainan peran
f. Mengadakan evaluasi.
Dari pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa Metode Sosiodrama adalah salah satu bentuk metode belajar mengajar dengn jalan mendramakan atau memerankan aksi. Metode sosiodrama bertujuan bagaimana belajar memahami perasaan orang lain, cara mengatasi masalah, serta bagaimana seseorang bertindak dalam situasi social.[8]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan oleh guru agar siswa dapat belajar seluas-luasnya dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran secara efektif. Secara garis besarnya metode pembelajaran sangatlah bervariasi. Namun lebih spesifik terbagi menjadi lima, yaitu:
- Metode proyek
- Metode eksperimen
- Metode tugas dan resitasi
- Metode diskusi
- Metode sosiodrama
B. Saran
Yang perlu diingat bahwa tidak ada suatu metode pengajaran yang paling baik dan sempurna. Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Jadi metode yang paling baik adalah metode yang cocok dan relevan dengan materi dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Sehingga guru disarankan untuk memahami dan dapat menginovasikan metode-metode dalam penerapan belajar mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
E. Mulyasa. 2010. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif Dan Menyenangkan, Bandung: PT Permata Rosdakarya
Melvin L. Siberman. 2012. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: nuansa
Pupuh Fattuhhrohman dan Sobry Sutikno. 2007. Strategi belajar mengajar, Bandung: Refika Aditama
Roestiyah. 2005. Strategi Belajar Mengajar: Salah Satu Unsur Pelaksanaan Strategi Belajar Mengajar: Teknik Penyajian. Jakarta: Rineka Cipta
Syaiful Bahri Djamarah. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta
Zakiyah Dradjat, 2008. Metodik Khusus Pengajaran, Jakarta: Bumi Aksara
http://chalieggazalih.blogspot.com/2012/01/makalah-metode-diskusi.html. Di akses pada tanggal 19 maret 2013
[1] Melvin L. Siberman, “active learning 101 cara belajar siswa aktif”.(Bandung: nuansa, 2012), hal 28.
[2]E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif Dan Menyenangkan, (Bandung: PT Permata Rosdakarya), 2010, hal. 43
[3]Syaiful Bahri Djamarah , Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta), 2005, hal 45-46
[4] Pupuh Fattuhhrohman dan Sobry Sutikno, Strategi belajar mengajar, (Bandung: Refika Aditama), 2007, hal. 62
[5] http://chalieggazalih.blogspot.com/2012/01/makalah-metode-diskusi.html. Di akses pada tanggal 19 maret 2013
[6] Roestiyah. Strategi Belajar Mengajar: Salah Satu Unsur Pelaksanaan Strategi Belajar Mengajar: Teknik Penyajian. (Jakarta: Rineka Cipta), 2005, hal. 65-67
[7] Ibid.
0 komentar:
Posting Komentar